kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai inflasi hingga Mei mendatang


Rabu, 01 Februari 2017 / 14:44 WIB
Waspadai inflasi hingga Mei mendatang


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Penyebab tingginya laju inflasi Januari tahun ini yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) masih perlu diwaspadai. Bahkan, penyebab inflasi Januari tersebut berpeluang mengerek lagi inflasi di bulan ini hingga bulan Mei mendatang.

BPS mencatat, inflasi Januari 2017 sebesar 0,97% dan 3,49% year on year (YoY). Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan Bank Indonesia (BI) sebesar 0,6%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penyumbang utama tingginya inflasi tersebut yaitu kenaikan biaya administrasi pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), penyesuaian tarif listrik untuk daya 900 volt ampere (VA), harga bahan bakar minyak (BBM) dan rokok.

Andil kenaikan biaya pengurusan STNK terhadap inflasi bulan lalu saja mencapai 0,23%. Sementara andil kenaikan tarif listrik sebesar 0,19%, dan kenaikan BBM sebesar 0,08%. Hal itu menyebabkan inflasi barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered prices) 2,57%, naik dari angka sepanjang tahun lalu yang tercatat sebesar 0,21%.

Menurut Suhariyanto, salah satu penyumbang inflasi yang masih patut diwaspadai adalah kenaikan tarif listrik. Selain andil terhadap inflasinya yang besar, pihaknya mencatat bahwa 41% rumah tangga menggunakan listrik prabayar. Sementara 59% sisanya menggunakan listrik pascabayar.

Dengan demikian, dampak kenaikan tarif listrik di bulan lalu berdampak pada inflasi Januari dan akan berdampak pada inflasi Februari. Apalagi, kenaikan tarif listrik juga akan terjadi di bulan Maret dan Mei mendatang.

"Yang kurang diantisipasi bahwa kenaikan listrik memang tipis dan agak besar di Maret dan Mei. Karena selain listrik juga ada biaya beban," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (1/2).

Ia memproyeksi, inflasi tahun ini akan lebih tinggi dibanding tahun lalu yang tercatat 3,02% YoY yang terutama disebabkan oleh kenaikan administerd prices. Namun, ia melihat inflasi tahun ini masih akan berada di sasaran target inflasi 4% plus minus 1% asalkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) bisa menjaga inflasi pangan.

Catatan BPS, inflasi harga pangan yang bergejolak (volatile food) Januari 2017 sebesar 0,67%, lebih rendah dibanding inflasi nasional. Penyumbang inflasi ini terutama kenaikan cabai rawit dan ikan segar. Sementara harga cabai merah dan bawang merah yang menurun menjadi penghambat inflasi.

"Artinya secara umum bahan makanan terkendali harganya," tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×