kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Utang Pemerintah Terus Naik, Segini Beban Utang yang Harus Ditanggung Setiap Warga


Rabu, 06 Maret 2024 / 17:32 WIB
Utang Pemerintah Terus Naik, Segini Beban Utang yang Harus Ditanggung Setiap Warga
ILUSTRASI. Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4). Utang Pemerintah Terus Naik, Segini Beban Utang yang Harus Ditanggung Setiap Warga.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia disebut-sebut kian memprihatinkan tiap tahunnya, bahkan tahun ini diproyeksikan masih bakal meningkat dari posisi akhir tahun 2023.

Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN RI mengalami kenaikan sebesar 2,7% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 407,1 miliar per akhir Desember 2023. Adapun salah satu pemicu kenaikannya adalah pelemahan mata uang dollar AS terhadap mayoritas mata uang global termasuk rupiah.

Menanggapi hal ini, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan utang Indonesia khususnya ULN pemerintah makin memprihatinkan.

Baca Juga: Resesi Global dan Kenaikan Harga Pangan Membayangi Perekonomian Indonesia

“Secara agregat saat ini masing-masing warga negara menanggung beban utang pemerintah Rp 30,5 juta. Sementara postur belanja pemerintah yang lebih ekspansif dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan meningkatkan beban utang per penduduk hingga Rp 40 juta,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (6/3).

Bhima menjelaskan, rencana defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan dinaikan pada 2025 sementara di tahun ini pendapatan dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan tumbuh lebih rendah dibanding kenaikan utang.

“PNBP jelas merosot karena terlalu bergantung pada swing harga komoditas, nikel karena oversupply juga anjlok harganya,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Bhima, negara tujuan ekspor juga tengah melemah permintaannya, belanja negara untuk proyek infrastruktur sangat agresif. Hal ini ditambah pula dengan beban BUMN karya yang sebagian utangnya ditanggung negara.

Baca Juga: 3 Modus Penipuan yang Rawan Jelang Bulan Puasa Menurut OJK

“Praktik utang ugal-ugalan tanpa solusi untuk rem utang bakal menghambat pertumbuhan ekonomi. Jadi jangan terjebak pada rasio utang dibawah 60%, likuiditas domestik fakta nya makin tergerus karena tersedot utang,” terangnya.

Bhima mengungkapkan, di tahun ini total ULN diproyeksikan naik sekitar 3,1%-3,4%, ini dikarenakan kebutuhan menutup defisit anggaran semakin besar.

“Apalagi tahun depan (2025) ULN pemerintah bisa melonjak signifikan dengan proyeksi defisit APBN 2,8% karena mulai berjalan program populis seperti makan siang gratis,” ungkapnya.

Baca Juga: Rasio Perpajakan Indonesia Masih Rendah Dibandingkan Negara di Kawasan ASEAN

Lebih lanjut, Bhima menambahkan, kemampuan negara untuk membayar utang akan semakin berat jika dilihat dari perbandingan jumlah utang dengan penghasilan yang diterima tiap bulannya alias Debt Service Ratio (DSR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×