Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat tidak memberikan stigma negatif terhadap proporsi utang Indonesia.
Dia mengaku kerap mendengar keluhan masyarakat yang membenci utang dan menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat mengkhawatirkan.
Baca Juga: Di era pandemi corona, ancaman resesi jadi makanan sehari-hari?
"Saya ingin menyampaikan, kadang-kadang masyarakat kita sensitif soal utang. Menurut saya, tidak bagus juga. Karena kalau kita mau bicara tentang policy (ketentuan) utang, ya kita bisa berdebat, jangan pakai benci dan menggunakan bahasa kasar," kata Sri Mulyani dalam live Instagram, Sabtu (18/7/2020).
Mantan Direktur Bank Dunia ini mengatakan, Menteri Keuangan mengeluarkan beragam kebijakan, termasuk utang, untuk mengelola keuangan negara jika penerimaan lebih besar dibanding belanja-belanja pemerintah.
Misalnya saja, belanja infrastruktur meliputi infrastruktur pendidikan, irigasi, saluran air, sanitasi, telekomunikasi, pelabuhan, hingga bandara. Begitu pun belanja di sektor lainnya meliputi belanja kesehatan dan penyaluran bantuan sosial.
Baca Juga: Ancaman resesi kini justru dinilai sebagai kenormalan baru di tengah pandemi corona
"Kalau begitu kita perlu utang? Ya utangnya untuk apa dulu. Kalau untuk membuat infrastruktur kita baik (utang produktif), supaya anak-anak bisa sekolah dan tidak menjadi generasi yang hilang, ya tidak ada masalah," tutur Ani.
Dia menilai, utang adalah hal yang wajar dalam setiap negara. Negara-negara di dunia, sekalipun maju, tidak menjamin negara tersebut bebas dari utang.