Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
BOGOR. Kawasan wisata Puncak, yang menjadi satu dari lokasi yang menjadi daya tarik utama bagi masyarakat Jabodetabek dan sekitarnya, ternyata tak hanya membawa dampak yang baik namun juga dampak yang buruk, terutama bagi warga kawasan Puncak sendiri, khususnya Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung.
Sebut saja Fina, salah seorang pegawai yang bekerja di Kecamatan Tajur menuturkan, dirinya sangat direpotkan dengan kemacetan di Jalan Raya Puncak, "setiap hari saya pulang pergi dari Cipayung ke Tajur dengan waktu yang sangat lama, dua sampai empat jam," tuturnya.
Fina yang bekerja sebagai pegawai di salah satu pabrik garmen ini menuturkan, kalau dirinya pulang terlalu sore, terutama saat akhir pekan, dia pasti akan sampai rumahnya di Cipayung malam hari
"Kalau pulang pukul 4 ya bisa sampai rumah jam 8,"katanya. Fina juga menambahkan, kalau orang di Puncak sebetulnya yang paling menerima dampak kemacetan ini, karena banyaknya mobil dari Jakarta yang datang untuk berlibur ke Puncak. "Kan banyak banget mobilnya plat B semua. Kita jadi repot juga kalau mau kemana-mana," jelasnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh sopir angkot. Hajat misalnya, sopir angkot jurusan Sukasari-Bubulak menyatakan kerepotannya tiap akhir pekan, "ramai banget mas, terutama mobil dari Jakarta yang mau ke Puncak, terutama kalau akhir pekan. Selain itu banyak parkir-parkir liar buat mobil pribadi yang buat jalan jadi sempit,” kata dia.
Sopir angkot jurusan Cisarua juga mengatakan hal yang serupa tentang masalah kemacetan ini, "saya kan sopir jurusan Cisarua, sekarang sering banget macet, jadi cuma paling sehari bisa dua atau maksimal tiga kali bolak-balik," katanya.
Dia juga mengaku, sekali jalan ke Bogor, memakan waktu hingga enam jam karena macet."Sekali jalan paling mentok dapat Rp 120.000, belum dipotong bensin sama setoran mas," tutupnya. Namun kemacetan di wilayah puncak sedikit banyak mendatangkan keuntungan para penjaga jalur alternatif, salah satunya jalur alternatif Gunung Mas yang melewati Kampung Rawadulang.
Di lokasi ini terdapat banyak kotak amal, anak yang membawa kardus untuk meminta sumbangan dan satu buah portal untuk mencegat mobil. "Ramainya kalau lagi akhir pekan, apalagi kalau macet begini, lumayanlah satu mobil Rp 1000,"ungkap Aji, salah seorang penjaga portal.
Jalur yang melewati Gunung Mas ini bisa tembus di Taman Safari, dari Taman Safari bisa dilanjutkan lagi lewat jalur alternatif Sukamahi hingga Gadog, untuk kemudian bisa keluar ke Ciawi. Kemacetan di Kawasan Bogor dan jalan raya Puncak memang menyusahkan bagi pengguna mobil, tetapi tidak bagi jasa ojek, pengasong dan penjaga jalan alternatif.
“Kalau misalnya dari Ciawi mau naik ojek sampai Terminal Cisarua di Tugu, sekitar Rp 100.000,"kata salah seorang tukang ojek. Ia juga menambahkan, kalau sedang macet, bisa mendapat omzet yang cukup besar. (Wisnu Nugroho/Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News