Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kelompok BRICS telah berkembang secara signifikan sejak didirikan pada tahun 2009.
Semula anggotanya hanya Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kini, negara anggotanya meluas dengan bergabungnya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva pada tahun 2023 pernah mengusulkan pembentukan mata uang bersama di Amerika Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada dollar AS.
Tarif untuk Meksiko dan Kanada Peringatan Trump muncul kurang dari seminggu setelah Trump mengumumkan akan mengenakan tarif 25 persen terhadap barang dari Meksiko dan Kanada dan tarif tambahan 10 persen pada China setelah dilantik menjadi presiden AS.
Kebijakan tersebut dikeluarkan dengan dalih sebagai balasan terhadap adanya imigrasi ilegal, kejahatan, serta perdagangan narkoba yang masuk perbatasan negara tersebut.
Atas hal tersebut, sekutu Trump menduga ancaman itu hanyalah taktik negosiasi sebagai tawaran kepada negara-negara BRICS daripada sebuah janji.
Calon Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menyebut ancaman Trump untuk mengenakan kenaikan tarif besar sebagai bagian dari strategi negosiasinya.
"Pandangan umum saya adalah bahwa pada akhirnya, ia adalah seorang penganut paham perdagangan bebas," kata Bessent, dilansir dari BBC, Senin (2/12/2024).
Baca Juga: Usai ke Brasil Prabowo Mampir ke Inggris dan Timur Tengah, untuk Tarik Investasi?
Bagaimana dampaknya bagi Indonesia?
Ancaman Trump untuk menjatuhkan tarif 100 persen bagi negara-negara anggota BRICS terkait isu dedolarisasi tersebut perlu dicermati Indonesia. Hal ini terkait keinginan Indonesia bergabung dengan perkumpulan itu.
Dikutip dari Kompas.id, Menteri Luar Negeri RI Sugiono sebelumnya menyatakan, Indonesia tertarik untuk bergabung dengan BRICS saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Kazan, Rusia, Oktober 2024.
Menlu Sugiono menegaskan bahwa sikap Indonesia yang menyatakan ketertarikan (expression of interest) untuk bergabung dengan BRICS merupakan bagian dari pengejawantahan politik bebas aktif, yakni aktif pada semua blok, forum, dan berbagai agenda dunia.
Dalam pidatonya di Kazan, Sugiono menyampaikan bahwa minat bergabung Indonesia dengan BRICS karena keinginan untuk mendorong kemajuan dan kepentingan dari negara-negara berkembang di kawasan selatan (global south).
Tonton: Meksiko Bersiap Ambil Tindakan Balasan Hadapi Ancaman Tarif 25% dari Donald Trump