kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren peredaran uang palsu meningkat


Senin, 19 Desember 2016 / 17:25 WIB
Tren peredaran uang palsu meningkat


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Peredaran uang palsu di Indonesia masih dalam taraf mengkhawatirkan. Agar masyarakat tak tertipu, Bank Indonesia (BI) hari ini resmi menerbitkan satu seri uang rupiah Tahun Emisi (TE) 2016 yang terdiri dari tujuh pecahan uang rupiah kertas dan empat pecahan uang rupiah logam.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan bahwa data terakhir yang dia ketahui, uang palsu yang beredar berkisar 11 hingga 12 lembar dari 1 juta lembar uang. “Itu uang palsu. Kalau uang rusak, saya belum tahu datanya,” ujar Agus saat peluncuran uang baru, Senin (18/12).

Berdasarkan pencarian KONTAN, rasio temuan uang rupiah palsu mengalami tren kenaikan sejak Januari hingga Agustus 2016.  Pada Agustus 2016, rasio uang palsu adalah dari satu juta lembar uang beredar,  sebanyak 10 lembar palsu. Sebelumnya, pada Januari 2016, dari satu juta lembar uang yang disebar, angka uang palsunya hanya dua lembar.

"Terkait pemalsuan rupiah, saya instruksikan agar unsur pengaman pada uang rupiah perlu terus diperkuat," ujar Presiden Joko Widodo di kesempatan yang sama.

Sementara itu, menurut Agus, BI telah meningkatkan pengamanan dalam uang rupiah desain baru guna menghindari risiko penipuan. Pihaknya meningkatkan pengamanan, yaitu sembilan hingga 12 pengamanan dalam uang rupiah kertas Rp 100.000 hingga Rp 2.000.

“Saat ini uang memiliki sembilan hingga 12 tipe pengamanan. Yang paling sederhana adalah fitur untuk masyarakat tunanetra supaya bisa meraba. Ada juga fitur yang memungkinkan pengujian ultraviolet dan fitur colorshifting yang memungkinkan perubahan warna bila digerakkan. Selain itu juga ada fitur rectoverso, yaitu ada gambar elemen tidak beraturan, tapi bila diterawang akan terlihat bentuk simbol Bank Indonesia,” jelasnya

Agus mengatakan, selain karena uang palsu masih banyak beredar, urgensi dirilisnya uang rupiah dengan desain baru adalah karena kualitas uang yang menurun. “Uang itu alat pembayaran. Digunakan oleh masyarakat sehingga terjadi perpindahan-perpindahan. Di saat ada sirkulasi itu, kualitas uang bisa turun. Dengan demikian, uang harus disegarkan, yang tidak layak edar diganti jadi yang layak edar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×