Reporter: Dyah Megasari |
MATARAM. Usai bentrokan di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, tiga feri telah diberangkatkan dari pelabuhan itu, Sabtu (24/12).
Dua kapal feri diberangkatkan dari Sape pukul 13.00 menuju Labuhan Bajo dan Waikelo, lalu satu kapal feri lagi yang diberangkatkan pukul 16.00.
Jumono, Kepala Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan/ASDP Sape, mengatakan, selama empat hari pemblokiran sedikitnya 150 kendaraan (truk, mobil pribadi, dan kendaraan lain) tidak bisa menyeberang.
Bahkan penumpang dan kendaraan yang hendak bongkar-muat di Pelabuhan Sape dilarang oleh para pengunjuk rasa. Landasan parkir Pelabuhan dikosongkan, dan para supir memarkir jauh di luar area Pelabuan.
Jumono mengatakan, situasi di areal Pelabuhan Sape hari ini berangsur-angsur normal, meski aparat Keplisian masih melakukan penjagaan.
Kapolda NTB, Brigadir Jenderal Arif Wachjunadi, Sabtu sore, menyebutkan, pihaknya masih mendata sejumlah kantor dibakar massa, namun yang pasti Kantor Polsek Lambu di luar wilayah Pelabuhan Sape menjadi sa saran pembakaran.
Warga yang berasal dari Kecamatan Lambu memblokir Pelabuhan Sape, agar tuntutan mereka terhadap pencabutan izin usaha penambangan bahan mineral di wilayah itu. Alasannya, di area konsesi seluas sekitar 24.000 hektar itu, ada sumber air untuk keperluan air minum dan irigasi.
Pemkab Bima menyanggupi menunda kegiatan eksplorasi yang dilakukan perusahaan selama setahun. Warga bersikukuh izin usaha penambangan dicabut. Merasa aspirasinya tidak dipenuhi mereka melakukan aksi unjuk rasa dan memblokir pelabuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News