kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga ekonom ini sepakat pertumbuhan ekonomi tahun depan tembus di atas 5%


Minggu, 15 Agustus 2021 / 18:50 WIB
Tiga ekonom ini sepakat pertumbuhan ekonomi tahun depan tembus di atas 5%
ILUSTRASI. Suasana aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

Faisal menambahkan, dukungan pemerintah untuk menangani pandemi virus corona dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada tahun depan masih diperlukan. Utamanya untuk bantuan sosial dan kesehatan, serta percepatan vaksin. “Saya melihat dukungan ini masih diperlukan sampai setidaknya pertengahan 2022 guna memastikan pondasi pemulihan ekonomi kuat,” ujar Faisal.

Hanya Faisal menghitung sebaiknya anggaran PEN 2022 bisa lebih mini dibandingkan tahun ini. Karena, diharapkan perbaikan pemulihan terus berangsur membaik sehingga ekonomi dapat mulai mengarah ke kondisi normal.  Dus, bantuan dari pemerintah bisa ditekan.

Sejalan dengan semakin membaiknya pemulihan ekonomi maka penerimaan negara bisa meningkat, maka defisit fiskal dapat terus ditekan menuju target pemerintah kurang dari 3% dari produk domestic bruto (PDB) pada 2023.

Di sisi lain, Faisal menyampaikan faktor penghambat pemulihan ekonomi di tahun depan  adalah masih seputar ketidakpastian terkait pandemi. “Apakah semua pihak sudah taat menjalankan aturan dan protokol. apakah masih banyak org yg enggan untuk divaksin. Apakah pasokan vaksin cukup. Semua itu akan berkaitan pada mobilitas yang sebenarnya adalah kunci dari pemulihan ekonomi,” kata dia.

Selain itu, ancaman terbesar di 2022 adalah kemungkinan seluruh negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mulai menormalisasi kebijakan stimulus baik fiskal dan moneternya. Ini dapat menjadi ancaman karena berpotensi menaikkan yield dan terjadi capital outflow.

“Ancaman lain akan datang juga dari isu tersebut karena jika rupiah terkena hit maka ada tekanan untuk meng-adjust kebijakan moneter akomodatif Indonesia, di mana di 2022, ekonomi Indonesia masih membutuhkan dukungan kebijakan moneter akomodatif,” ucap Faisal.

Sementara itu, Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho mengatakan seiring dengan semakin pulihnya ekonomi dari pandemi ekonomi dalam negeri tentunya kan membaik. “Salah satu Asumsinya adalah tingkat kecepatan vaksinasi yang 10 juta orang per bulan tetap konsisten sampai akhir tahun,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Jumat (13/8).

Setali tiga uang, Luthfi berharap nantinya sudah ada sekitar 70 juta orang yang sudah dua kali vaksin di awal 2022. Sehingga pembatasan kegiatan masyarakat karena adanya kenaikan angka covid-19, diharapkan sudah tidak terjadi lagi di tahun 2022.

Oleh karenanya, melalui penanganan kesehatan yang baik, Luthfi percaya konsumsi masyarakat yang sudah pulih mulai bertumbuh dan kenaikan investasi pemerintah terus berlanjut di tahun depan.

Dengan adanya perkiraan dinamika pengendalian kesehatan dan ekonomi di tahun ini, dan perkiraan tahun depan, produksi Luthfi ekonomi pada 2020 tumbuh 3,7%-5,1% yoy. “Tapi dengan asumsi vaksinasi bisa tetap ajeg dan konsisten 10 juta orang per bulan,” ujar dia.

Selanjutnya: Pandemi masih membayangi, begini proyeksi arah kebijakan The Fed dan BI ke depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×