kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terminal Lebak Bulus sulit digabung ke dalam kota


Sabtu, 11 Januari 2014 / 14:25 WIB
Terminal Lebak Bulus sulit digabung ke dalam kota
ILUSTRASI. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Pasar ramai sentimen, simak proyeksi IHSG untuk perdagangan Senin (22/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono menolak usul penggabungan terminal bus antar kota antar provinsi (AKAP) Lebak Bulus dengan terminal dalam kota.

Ia akan tetap memindahkannya ke tiga terminal, yakni Pulogadung, Kampung Rambutan, Kalideres. "Tidak mungkin digabung. Tempatnya tidak cukup," ujar Pristono saat dikonfirmasi Kompas.com pada Sabtu (11/1/2014) pagi.

Kepala Terminal Lebak Bulus, Adjmain menjelaskan hal yang sama. Menurut dia, terminal angkutan dalam kota di Lebak Bulus hanya memiliki dua lajur, yakni lajur keluar dan lajur masuk. Sementara aktivitas bus AKAP paling tidak membutuhkan 8 hingga 10 lajur. "Jadi, mana mungkin digabung jadi satu," tampiknya.

Cepat atau lambat, pihaknya akan menutup permanen terminal bus AKAP tersebut. Pascaprotes penghuni terminal terhadap rencana penutupan, lanjut Adjmain, sudah tidak terjadi lagi.

Kini, pihaknya berfokus ke sosialisasi kepada penghuni terminal supaya terminal tersebut dikosongkan untuk pembangunan dipo MRT. Meski diakui Adjmain masih ada satu dua pihak yang 'ngeyel' tidak mau menuruti sosialisasi tersebut, pihaknya tidak mau tahu akan hal itu.Jika sosialisasi telah cukup dilakukan, terminal akan ditutup.

"Terus kita lakukan sosialisasi. Spanduk, surat edaran, lisan. Tapi kalau masih ngeyel, ya mau gimana lagi. Tidak bisa lagi," lanjutnya.

Seperti diketahui, penutupan Terminal AKAP Lebak Bulus demi pembangunan dipo Mass Rapid Transit (MRT) mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak. Sejak 1 Januari hingga 7 Januari 2014 lalu, sejumlah penghuni terminal berunjuk rasa menuntut penundaan penutupan terminal hingga setelah Hari Raya Idul Fitri.

Mereka berhasil. Pemprov DKI Jakarta mengakui bahwa sosialisasi yang dilaksanakan jauh dari yang diharapkan. Oleh sebab itu, penutupan ditunda.

Merujuk pada timeline proyek PT MRT Jakarta, batas penutupan terminal, 15 Januari 2014. Belakangan, tuntutan mereka berubah. Para penghuni terminal meminta Pemprov DKI menggabungkan terminal bus AKAP dengan terminal angkutan dalam kota. (Fabian Januarius Kuwado)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×