kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Terancam Era Suku Bunga Tinggi, Perekonomian Indonesia Tetap Tahan Banting di 2024


Minggu, 27 Agustus 2023 / 18:42 WIB
Terancam Era Suku Bunga Tinggi, Perekonomian Indonesia Tetap Tahan Banting di 2024
ILUSTRASI. JAKARTA. Rupiah ditutup melemah pada akhir pekan kemarin sebesar 0,32% ke Rp 15.295 per dolar Amerika Serikat (AS). Diperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan pada awal pekan ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, tekanan pada rupiah akibat sikap the Fed yang kian hawkish untuk menurunkan inflasi AS. "Sehingga mendorong USD Indeks ke 104 pada akhir pekan kemarin," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8). Untuk besok, Fikri menilai rupiah masih akan terdepresiasi akibat hal tersebut. Sebab, data money supply Indonesia yang akan terbit besok belum akan mampu meredakan dominasi sentimen negatif dari sikap hawkish the Fed. Namun demikian, penurunannya dinilai tidak akan terlalu dalam. Sebab, ia menilai Bank Indonesia (BI) lebih mengutamakan stabilitas rupiah sehingga akan melakukan intervensi apabila mata uang Garuda tertekan lebih dalam. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap berada dalam kisaran proyeksi 4,5%-5,3%. BI memastikan akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial BI. "Sinergi ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan," katanya. Bank Indonesia diprediksi tetap mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun 2023


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga tinggi nampaknya masih akan bertahan pada tahun 2023. Hal ini sejalan dengan proyeksi bahwa Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga pada tingkat 5,75% hingga akhir tahun ini.

BI kemungkinan baru menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2024, atau paling cepat pada kuartal II-202.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), yang memiliki tingkat pengaruh tinggi, pun diyakini baru akan mengerem kebijakan moneter ketatnya di tahun depan.

Tingginya suku bunga acuan, kemudian akan berimplikasi pada peningkatan suku bunga kredit yang kemudian akan meningkatkan beban utang.

Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi Belum Berakhir, Hati-Hati Prospek Perekonomian Indonesia

"Kenaikan suku bunga akan mendorong kenaikan bunga kredit. Ini akan mendorong cost of borrowing dunia usaha," terang Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8).

Meski demikian, Josua menganggap dampak era suku bunga tinggi pada tahun depan tidak akan terlalu besar. Mengingat, sinyal dari para bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan.

Ini yang kemudian akan membuat para pelaku usaha maupun pebisnis untuk mempertimbangkan momen tersebut untuk melakukan ekspansi usaha.

Aktivitas investasi pun akan terdongkrak, sehingga akan menambah faktor positif bagi proses pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jadi investasi di tahun depan akan membaik, pasca penurunan suku bunga dan pasca pemilu. Ini akan memberi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi," tambah Josua.

Josua pun yakin, pertumbuhan ekonomi tahun depan bahkan bisa lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

Dari perhitungannya, pertumbuhan ekonomi tahun 2024 mungkin tumbuh di kisaran 5% hingga 5,1%. Lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan 2023 yang sebesar 4,95% hingga 5%.

Baca Juga: Ini Dampak Ketegangan China dan AS Bagi Indonesia

Menurutnya, meski ketidakpastian di pasar keuangan dan global masih tinggi, ia yakin perekonomian dalam negeri akan ngegas.

Salah satunya, adalah momen Pemilu yang akan mendorong konsumsi rumah tangga. Sehingga inilah, saat ketidakpastian tinggi, kekuatan perekonomian domestik akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, Josua meminta agar otoritas tak jumawa. Ia memandang tetap perlunya upaya pemerintah dan BI dalam menjaga pertumbuhan.

Salah satunya, dengan menjaga tingkat inflasi. Karena ia melihat risiko dampak fenomena El Nino ini baru akan terasa pada kuartal II-2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×