kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Era Suku Bunga Tinggi Belum Berakhir, Hati-Hati Prospek Perekonomian Indonesia


Minggu, 27 Agustus 2023 / 18:20 WIB
Era Suku Bunga Tinggi Belum Berakhir, Hati-Hati Prospek Perekonomian Indonesia
ILUSTRASI. Bank Indonesia diproyeksi masih akan mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun 2023


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga tinggi nampaknya masih akan bertahan pada tahun 2023. Bank Indonesia pun diproyeksi belum akan memangkas suku bunga di tahun ini.

Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga pada tingkat 5,75% hingga akhir tahun ini.

BI kemungkinan baru menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2024, atau paling cepat pada kuartal II-202.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), yang memiliki tingkat pengaruh tinggi, juga diyakini baru akan mengerem keketatan kebijakan moneter pada tahun depan.

Pun bank sentral global terkemuka diyakini akan menerapkan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi bahkan untuk jangka waktu yang lebih lama dari perkiraan.

Baca Juga: Ini Emiten yang Diuntungkan dan Dirugikan Kebijakan BI Menahan Suku Bunga

Menurut Faisal, kondisi ini akan berpengaruh pada perekonomian global, termasuk Indonesia.

"Ini bisa menurunkan permintaan global, sehingga menghilangkan dampak positif dari peningkatan mobilitas pasca pandemi," tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8).

Bahkan, situasi ini makin memperkuat ancaman bahwa ekonomi global akan melambat dari semester II-2023.

Indonesia pun kini sudah mulai merasakan dampaknya. Terlihat dari pasar keuangan, bahwa ada aliran keluar modal asing baik di pasar surat berharga negara (SBN) maupun obligasi.

Dengan demikian, nilai tukar rupiah pun melemah bila dibandingkan dengan dolar AS.

Mempertimbangkan faktor tersebut, Faisal pun menyarankan BI untuk menjaga stabilitas. Hal ini untuk makin menangkal dampak negatif dari ketidakpastian global tersebut.

Sebelumnya, memang era suku bunga tinggi ini juga menjadi perhatian bagi pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan kenaikan suku bunga acuan akan lebih lama dari perkiraan.

Tren suku bunga tinggi ini bahkan membuat pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi 2024 yang lebih rendah dari tahun 2023.

Baca Juga: Pekan Terakhir Agustus 2023, Arus Modal Asing Hengkang Rp 4,51 Triliun

Adapun dalam RAPBN 2024, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2% yoy, lebih rendah dari outlook pertumbuhan 2023 yang di kisaran 5,3% yoy hingga 5,7% yoy.

"Memang karena, salah satunya, disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan yang sangat drastis, dan bahkan lebih lama dari perkiraan" ungkapnya setelah konferensi pers RAPBN 2024 pekan lalu.

Kenaikan suku bunga yang tinggi ini akan menyebabkan meningkatnya cost of fund (beban bunga), yang kemudian akan memberi beban ekstra pada perekonomian.

Untuk itu, pemerintah berupaya untuk menekan pembiayaan dan akan tetap menjaga instrumen fiskal bergerak secara pruden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×