kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.204   -24,00   -0,15%
  • IDX 7.093   -3,80   -0,05%
  • KOMPAS100 1.059   -2,97   -0,28%
  • LQ45 833   -2,43   -0,29%
  • ISSI 215   0,32   0,15%
  • IDX30 426   -1,03   -0,24%
  • IDXHIDIV20 514   0,13   0,03%
  • IDX80 121   -0,39   -0,32%
  • IDXV30 124   -0,86   -0,69%
  • IDXQ30 142   -0,13   -0,09%

Sutiyoso bahas konsep megapolitan bersama Aher


Senin, 10 Februari 2014 / 13:19 WIB
Sutiyoso bahas konsep megapolitan bersama Aher
ILUSTRASI. Rekomendasi teknikal untuk saham SMRA, BRPT, KEEN


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menggelar pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Jakarta, Senin ini. Pertemuan keduanya membahas mengenai konsep megapolitan. Namun, tak ada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di sana.

Menurut Sutiyoso, dia hendak mengeluarkan gagasan dia mengenai megapolitan kepada Ahmad Heryawan, atau yang akrab disapa Aher. Sebab, Aher adalah Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta saat Sutiyoso menjabat Gubernur DKI.

Dalam pertemuan tersebut, Sutiyoso yang mengenakan kemeja warna peach dipadu motif abu-abu menyatakan, konsep megapolitan perlu koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi DKI dan daerah-daerah penyangga di sekitarnya.

"Megapolitan itu perlu didukung dengan daerah penunjang seperti Bekasi Depok dan Bogor," ujarnya dalam pertemuan tersebut, Senin (10/2/2014).

Sementara Aher beranggapan, konsep megapolitan merupakan proses alami yang dalam penerapannya harus dikawal dengan baik oleh jajaran pemegang pemerintahan.

"Megapolitan itu cara agar bersatunya secara teritori kota-kota besar, baik Jakarta dan penyangganya, agar bermanfaat bagi masyarakat seluruhnya," kata Aher.

Mereka juga membahas mengenai pembuatan waduk untuk antisipasi banjir Jakarta, transportasi dan sampah. Sutiyoso berpandangan, untuk mencegah banjir, diperlukan pembuatan waduk raksasa di selatan Jakarta untuk menghadang aliran sungai berlebih yang masuk ke dalam kota.

"Ada waduk itu agar jadi katup jadi air yang masuk ke Jakarta sudah kecil," ucapnya.

Sementara pada musim kemarau, lanjutnya, waduk tersebut bisa dijadikan sebagai sarana rekreasi, olahraga atau cadangan air minum. Selanjutnya, pengolahan sampah yang kerap menjadi masalah apalagi pascabanjir seperti belakangan ini. "Sampah akan jadi momok di Jakarta, mungkin sekarang 7.000 ton per hari," katanya.

Sedangkan untuk menunjang arus lalu lintas pusat kota dengan daerah penunjang diperlukan rekayasa transportasi, seperti pembenahan MRT dan transjakarta, hingga menjangkau wilayah penyangga kota. (Fitri Prawitasari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×