Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suksesnya penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia di tengah berbagai krisis dan tantangan yang menerpa dunia, mendapatkan apresiasi dari banyak negara.
Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dan menjadi salah satu poros negara berkembang dalam forum G20 serta sukses menjadi penengah dan menghasilkan deklarasi yang dapat diadopsi semua negara anggota dalam KTT G20 Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kesuksesan tersebut juga tidak terlepas dari hasil kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Rusia dan Ukraina yang merupakan salah satu upaya untuk mengkonsolidasikan seluruh negara, sehingga akhirnya dapat menciptakan kesepakatan bersama dalam KTT G20.
Bahkan, kata Airlangga, Indonesia disebut dalam majalah The Economist sebagai ‘Asia’s Overlooked Giant’.
Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia juga memberikan dampak positif bagi Indonesia. Dari segi ekonomi, terlihat dari laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang terus bertumbuh (5,72% yoy) melampaui ekonomi negara maju seperti Tiongkok (3,9% yoy) dan Amerika Serikat (1,8% yoy) serta terjadi peningkatan PDRB pada sejumlah kota tempat penyelenggaraan event G20.
Baca Juga: BKPM Siap Kawal Komitmen Investasi Senilai US$ 8 Miliar dari KTT G20 Bali
Dari sisi hubungan internasional, Indonesia semakin menguatkan tingkat kepercayaan dunia atas kemampuan Indonesia menjadi aktor penting dalam kancah internasional. Meningkatnya posisi Indonesia ini dapat mendorong kemajuan-kemajuan dalam berbagai sektor perekonomian Indonesia.
“Mereka, negara-negara besar, sudah melihat bahwa ekonomi terbesar di dunia ini yang masih positif atau istilah dari Kristalina itu adalah the bright spot in dark adalah Indonesia dan ASEAN. Dengan demikian, alternatif investasinya, melihat Indonesia stabil secara politik dan ini stabil untuk regulasi, rule of law dari investment. Jadi ini kesempatan bagi Indonesia berada di dalam panggung dunia,” tutur Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/11).
Selain itu, dalam pelaksanaan KTT G20 Indonesia terdapat momen launching komitmen kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII).
Dalam skema PGII, mobilisasi pendanaan dari Amerika Serikat selama lima tahun ke depan untuk pembangunan infrastruktur di negara berkembang mencapai besaran USD600 miliar.
Indonesia juga telah memperoleh komitmen dari Just Energy Transition Progam (JETP), dimana negara-negara G7 menyediakan dana US$ 20 miliar atau sekitar Rp 311 triliun selama 3 sampai 5 tahun ke depan untuk membiayai proyek-proyek yang mendukung penurunan emisi.
Airlangga juga mengatakan bahwa gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung sangat mempengaruhi kenaikan harga energi dan pangan karena terjadi disrupsi supply serta kerugian finansial.
Beberapa negara mengalami kerugian finansial bukan hanya akibat perang Rusia dan Ukraina, tetapi juga karena pandemi Covid-19. Dalam menghadapi dampak perang tersebut, Indonesia memiliki daya tahan yang cukup baik.
“Jadi kalau khusus untuk Indonesia, kita sudah ada daya tahan. Satu, pangan. Kita produksinya relatif baik yaitu 31 juta ton beras setiap tahun. Kemudian kedua, terkait dengan fertilizer, kita untuk urea juga bisa ekspor 2 juta ton, jadi relatif untuk pupuk pun aman,” ujar Airlangga.
Baca Juga: KTT G20 di Bali Sukses, BKF: Indonesia Mampu Pimpin Agenda Reformasi Ekonomi Global
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News