kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sri Mulyani Ungkap Strategi Pemerintah Hadapi Ancaman Resesi Global Tahun Depan


Rabu, 19 Oktober 2022 / 14:38 WIB
Sri Mulyani Ungkap Strategi Pemerintah Hadapi Ancaman Resesi Global Tahun Depan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama tim Kemenkeu menyantap makan khas Meksiko di sela padatnya rangkaian kegiatan pertemuan G20 serta International Monetary Fund (IMF) di Washington DC, Amerika Serikat.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merancang kebijakan fiskal tahun 2023 agar siap menghadapi ancaman sejumlah risiko termasuk ancaman resesi ekonomi global. Kendati demikian, pemerintah tetap waspada akan kemungkinan pelemahan ekspor Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekspor Indonesia akan terpengaruh apabila ekonomi dunia jatuh dalam resesi.

Selain itu, pertahanan dalam negeri juga akan terus dilindungi, "misalnya saja konsumsi masyarakat," tutur Sri Mulyani dalam Seminar Nasional dan Konferensi tentang Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Pembangunan Berkelanjutan, Rabu (19/10)..

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Aman dari Ancaman Resesi, tapi Tetap Waspada

Menurut Sri Mulyani penting menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi ketika perekonomian global mengancam. Di sisi lain, dia memastikan belanja pemerintah akan selektif karena adanya exposure pengetatan likuiditas serta kenaikan dolar AS.

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang akan mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja  Negara (APBN) di 2023 kembali ke 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Risiko lain yang akan diwaspadai adalah tekanan inflasi. Menurutnya inflasi yang melonjak tinggi disebabkan karena adanya kenaikan harga komoditas, dan juga pelemahan rupiah yang akhirnya memicu kenaikan harga yang disebut imported inflation.

Baca Juga: Chatib Basri: Di Tengah Pesimisme Ekonomi Global, IMF Optimistis Prospek Indonesia

Kemudian pemerintah juga akan terus mewaspadai geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak berkesudahan, yang bisa menyebabkan gangguan suplai serta potensi moderasi harga komoditas dan pengetatan moneter yang agresif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×