Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa proses transisi energi sangat kompleks di tengah ketidakpastian global.
Namun di sisi lain, transisi energi juga menciptakan peluang investasi baru, khususnya di sektor-sektor yang mengembangkan fokus di sektor yang lebih hijau.
“Industri baterai kendaraan listrik, industri kendaraan listrik, industri panel surya, dan sebagainya. Mereka pasti akan memiliki peluang untuk tumbuh lebih cepat seiring dengan berkembangnya industri,” ujar Sri Mulyani dalam acara Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable yang dipantau secara daring, Kamis (14/7).
Sejalan dengan berkembangnya industri, menurutnya, pasar karbon juga harus mulai membangun kredibilitas, sehingga dalam jangka pendek dapat melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif dari transisi ke ekonomi hijau.
Baca Juga: Ekonomi Global Tertekan Inflasi dan Perang, RI Diuntungkan Kenaikan Harga Komoditas
Selain itu, untuk memitigasi dampak dari transisi menuju ke ekonomi hijau, negara akan selalu hadir terutama untuk menciptakan stabilitas pelayanan publik dan harga di masyarakat.
“Negara mana pun, ekonomi apa pun, tidak peduli seberapa tinggi, sedang, atau rendah pendapatan, ketika menghadapi tekanan harga yang meningkat, itu tidak akan berkelanjutan. Jadi, pemerintah akan selalu memegang penyesuaian harga yang adil dan terjangkau," ungkapnya.
Bendahara Negara tersebut menyebut, penyesuaian harga energi akan dilakukan secara bertahap dan terukur agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Sehingga ada empat hal utama yang akan negara pastikan dari sisi permintaan.
Pertama, stabilitas keteserdiaan layanan vital, seperti listrik. Kedua, stabilitas harga energi, pangan, dan transportasi umum. Ketiga, perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan. Dan yang keempat adalah penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Krisis Global Membayangi, Ekonom Sarankan Tiga Hal Ini Perlu Dilakukan Pemerintah
Dalam menuju transisi ekonomi hijau, Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan berbagai rencana, termasuk dalam mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 atau untuk beberapa negara bisa lebih awal.
Adapun untuk di Indonesia sendiri, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan roadmap, legislasi infrastruktur, serta menganalisis dan menangani, serta mengelola rencana mitigasi dampak sosial dalam waktu singkat.
"Dalam transisi yang sangat kompleks ini akan ada peluang untuk investasi baru dan lebih hijau," ungkap Sri Mulyani.
Baca Juga: Kerja Sama Singapura dan Thailand, Contoh Implementasi Cross Border Payment 5 ASEAN
Selain itu, Sri Mulyani menegaskan bahwa transisi ekonomi hijau seharusnya tidak akan meningkatkan kemiskinan atau pun pengangguran. Namun sebaliknya, pertumbuhan ekonomi melalui transisi ekonomi hijau akan dan harus menciptakan pekerjaan baru yang lebih berkualitas.
"Transisi ekonomi hijau seharusnya tidak meningkatkan kemiskinan atau pengangguran. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi hijau akan dan harus menciptakan pekerjaan baru dan lebih berkualitas," ujar Sri Mulyani.
Melalui ekonomi hijau, dirinya meyakini bahwa penciptaan lapangan kerja bisa dicapai melalui investasi publik itu sejalan dengan upaya untuk mengurangi emisi karbon, sehingga dapat melindungi masyarakat khususnya generasi mendatang.
"Transisi ekonomi hijau adalah untuk generasi mendatang dan juga harus memastikan perlindungan yang kuat untuk generasi saat ini, terutama bagi masyarakat miskin dan paling rentan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News