Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan terus mewaspadai potensi kenaikan harga minyak dan gas global, imbas memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan harga minyak dan gas global akan berimbas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan akan mengganggu kondisi perekonomian serta mengerek inflasi.
“Kita masih perlu waspada pada kemungkinan border distraction dari rantai pasok, terutama untuk minyak dan gas. Karena memang kondisi di sana (Iran dan Israel) masih sangat memanas, dan kecenderungan harga minyak yang tinggi berarti akan mempengaruhi baik APBN dan perekonomian kita, juga menyebabkan tekanan dan inflasi,” tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (26/4).
Adapun Sri Mulyani menyampaikan, saat ini tensi geopolitik belum juga belum menurun dan cenderung meningkat imbas memanasnya konflik Iran dan Israel. Ketegangan tersebut, lanjutnya akan menciptakan risiko yang cukup dalam terhadap perekonomian global.
Bahkan, saat Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2024 (2024 IMF-WBG Spring Meetings) di Washington DC, Amerika Serikat pada 15-20 April lalu, ketegangan perekonomian global ini menjadi headline yang dibahas oleh para perwakilan berbagai negara dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga: APBN Catatkan Surplus Rp 8,1 Triliun Hingga Akhir Maret 2024
Menkeu menyebut, berbagai negara berharap ketegangan Iran dan Israel tidak semakin memanas, dan kedua negara tersebut berusaha untuk menghindari peperangan secara terbuka.
Meski begitu, ada potensi konflik dari kedua negara tersebut menurun. Sri Mulyani menyampaikan pemerintah akan tetap waspada terhadap kemungkinan harga minyak global yang bisa melonjak tajam. Harga minyak mentah Brent bahkan sempat menembus US$ 90 per barel, meskipun kembali menurun.
Sri Mulyani mencatat, harga minyak Brent meningkat 14,3% year to date (YtD) atau dari Januari hingga April 2024. Pada April 2024 harga minyak Brent tercatat sebesar US$ 88 per barel.
“Jadi memang ada kecenderungan rambatan kenaikan harga minyak dalam 1 tahun atau antara Januari 2024 sampai Maret bahkan April ini. Dan ini tidak bisa dipungkiri karena ada tekanan dari geopolitik di Timur Tengah,” ungkapnya.
Kemudian, Ia juga mencatat harga minyak WTI tercatat sebesar US$ 84,2 per barel pada April 2024. Meskipun harganya lebih rendah dari Brent, namun kenaikan harga minyak WTI pertumbuhannya sama tinggi yakni sebesar 17,5% dari Januari hingga April 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News