kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sri Mulyani: Ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk meningkatkan SDM


Kamis, 11 April 2019 / 14:13 WIB
Sri Mulyani: Ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk meningkatkan SDM


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0. 

Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah mengalokasikan 5% dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

"Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi. Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, seperti yang dikutip dari laman kemenkeu.go.id, Selasa (9/4).

Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan, bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan yang merata di wilayah Indonesia yang sangat luas. Selanjutnya, meningkatkan kualitas pendidikan dengan anggaran yang telah didesentralisasi dengan penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. 

Kemudian, bagaimana pendidikan menghasilkan keterampilan yang tepat. Pemerintah saat ini mengalokasikan anggaran tertinggi dalam APBN bukan untuk militer tapi untuk pendidikan sebesar 20%.

Ketiga, melibatkan pihak swasta agar bisa berpartisipasi dalam pendidikan. Salah satunya adalah dengan memberikan insentif seperti pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi serta dana abadi pendidikan untuk riset.

"Dalam kebijakan fiskal, kami memberikan beberapa mekanisme insentif antara lain insentif pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi. Kami juga membuat sovereign wealth fund untuk pendidikan dimana dalam periode 10 tahun telah menghasilkan banyak hal (sekaligus) untuk riset sebagai sarana alumni dan swasta untuk menguatkan riset dan development," jelasnya.  

Menkeu melanjutkan, membangun SDM merupakan tantangan yang sulit karena hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat. "Kalau anggaran infrastruktur, kita bisa melihat hasilnya. Sementara hasil belanja untuk human capital tidak terlihat secara langsung dan butuh waktu lama," jelas Menkeu.

Oleh karena itu, Menkeu mengatakan, isu SDM juga perlu campur tangan teknologi. Ia mengapresiasi salah satu solusi start up seperti Ruang Guru untuk mengurangi gap kualitas guru sekaligus sebagai alternatif siswa dapat belajar lebih mandiri.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×