Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) melihat ada kontradiksi antara survei konsumen Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan keyakinan konsumen tetap berada pada level yang optimis dan keadaan di lapangan yang masih lemah.
“Consumer adalah sektor yang menarik untuk dicermati karena ada perbedaan, ada gap dari survei BI terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang optimistis, tapi perusahaan di sektor ini mengalami perlambatan pendapatan dan penjualan,” kata Analis S&P Xavier Jean saat memaparkan presentasinya dalam web broadcast Asia-Pacific Sector Insights: A Look Into The Corporate & Infrastructure Sector For Indonesia, Kamis (22/2).
Ia mengatakan, dengan demikian ada kontradiksi antara angka makro dan mikro. “Ada kontradiksi di sini antara makro dan performa perusahaan,” jelas Xavier.
Berdasarkan data BI, IKK pada Januari 2018 sebesar 126,1. Namun, menurut catatan S&P, pertumbuhan di sektor fast-moving consumer goods melambat menjadi 2,7% di sembilan bulan pertama tahun 2017 dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 8%.
Keadaan ini, menurut Xavier, tidak akan menjukkan perubahan pada tahun ini. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bakal lebih tinggi dari tahun 2017.
Adanya momentum kenaikan harga komoditas juga belum tentu akan bisa diterjemahkan efeknya di tahun ini. Begitu pula langkah pemerintah yang jor-joran mendorong pembangunan infrastruktur tidak bisa langsung dirasakan efeknya.
“Kami melihat keadaan ini tidak akan beralih di 2018. Akan butuh lebih dari setahun lagi untuk menerjemahkan dampak dari pembangunan di sektor infrastruktur dan naiknya harga komoditas ke sektor consumer,” jelas Xavier.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News