Reporter: Anna Suci Perwitasari, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Efek perayaan Idul Adha ternyata bisa berpengaruh pada inflasi bulan Oktober 2013. Buktinya dalam survei yang diadakan Bank Indonesia, sampai minggu ketiga sudah terjadi inflasi 0,06%.
Menurut Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, kenaikan bahan pangan menjadi mendorong terjadinya inflasi di bulan ke 10 ini. Seperti harga daging yang naik signifikan menjelang hari raya qurban walaupun beberapa bahan komoditas lainnya cenderung turun.
Lebih lanjut Perry bilang, jika hingga akhir bulan inflasi tetap di kisaran tersebut, artinya ini menjadi inflasi terendah yang dialami di bulan Oktober sejak 2007 lalu.
"Rata-rata inflasi bulan Oktober sejak 2007 itu sebesar 0,26%," jelasnya di Jakarta, Rabu (23/10). BI memang sudah memprediksi inflasi Oktober relatif lebih tinggi dari September. Seperti diketahui deflasi September sebesar 0,35%.
Walaupun angka inflasi di Oktober cenderung kecil, BI tetap enggan merevisi target inflasi sampai akhir tahun yakni 9%-9,8%. Padahal, jika inflasi Oktober ada di kisaran 0,06%, maka inflasi tahunannya sudah berada di bawah 8,4%. "Sampai akhir tahun kami masih lihat inflasi akan mengarah ke kisaran bawah (9%)," jelas Perry.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih sepakat, bahwa bulan Oktober mengalami inflasi. Selain kenaikan beberapa bahan pangan seperti sapi, kenaikan tarif dasar listrik di awal bulan juga berpengaruh besar. "Kenaikan tarif tol pun membuat tarif transportasi naik," katanya.
Namun, Lana masih melihat inflasi Oktober tidak lebih dari 1% dan ada di kisaran 0,05%. Karena itu, inflasi akhir tahun diproyeksi tidak mencapai 9%. "Saya kira inflasi akhir tahun bisa 8,5%," ujarnya.
Jika Oktober inflasi ada di bawah 0,05% maka inflasi year to date baru 7,57% dan masih ada ruang 1% untuk inflasi bulan Desember. Karena November diperkirakan deflasi mengingat kenaikan TDL dan tarif tol yang sudah terjadi di Oktober.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News