Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam rangka menjaga pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara berkelanjutan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN dan Pelaku Usaha sektor Pangan menjalankan kerja sama budidaya pertanian berbasis bibit unggul.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kerja sama lintas sektor tersebut bertujuan untuk mewujudkan pola pertanian yang efisien, presisi, serta bernilai tambah melalui produktivitas padi yang tinggi.
Adapun Kerja sama ditandai dengan penanaman perdana tanaman padi bibit unggul di Demonstration Area (Dem Area) yang berlokasi di lahan PT Sang Hyang Seri (SHS) Sukamandi, Subang pada 7 Juli kemarin.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Bulog Gelar Pangan Murah di 300 Tiktik di Seluruh Indonesia
Tanam perdana tersebut sebagai pilot project sebelum dilakukan replikasi pembudidayaan secara lebih luas dan masif. Demonstrasi penanaman dilaksanakan di lahan pertanian dengan luas sekitar 47,25 hektar yang terbagi ke dalam 3 blok dengan target rata-rata produktivitas minimal 8 ton per hektar.
“Masing-masing blok akan menerapkan teknologi dan varietas yang berbeda, tujuannya untuk melihat pola budidaya mana yang hasilnya paling baik sehingga dapat diterapkan secara massal untuk mendukung pasokan CBP ke Perum BULOG,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (9/7).
Arief menjelaskan, Blok pertama seluas 16,15 hektar menerapkan teknologi yang direkomendasikan BRIN dengan varietas Inpari 48 dan Mantab yang memiliki keunggulan provitas di atas 7 ton/hektar.
Blok kedua seluas 16.10 hektar menerapkan varietas Inpari 48, Mantab dan MSP 65 dengan teknologi yang direkomendasikan PT Teknologi Biota yang mengandalkan pengelolaan secara organik dan target produktivitas di atas 7 ton/hektar. Sedangkan, Blok ketiga seluas 15 hektar akan menerapkan teknologi yang direkomendasikan PT MSP 65 dengan keunggulan masa panen 65 hari setelah tanam.
Baca Juga: Soal Rencana Tambahan Impor Beras dari India, Buwas: Belum Diputuskan di Rakortas
"Hasil pembudidayaan 3 pola penanaman, teknologi, dan varietas yang berbeda ini akan langsung dikerjasamakan untuk di serap BULOG," ucapnya.
Lebih lanjut Arief mengatakan, kedepannya apabila telah direplikasi secara massal, kerja sama budidaya pertanian ini dapat menjadi semacam closed loop pemenuhan CBP berkelanjutan.
"Setelah terpilih pola pembudidayaan yang terbaik kita lakukan replikasi diberbagai daerah. Pada prosesnya nanti mitra petani akan didampingi supaya dapat menerapkan pola dan teknologi tanam seperti yang telah diujicobakan. Bibitnya dari SHS pendampingannya kita juga siapkan, dan hilirisasinya akan langsung diserap BULOG dengan harga yang baik untuk dijadikan CBP. Jadi ini skema close loop end to end,” ujarnya.
Arief meyakini, penerapan model kerja sama pengadaan beras sejak dari on farm ini menjadi upaya pemenuhan CBP berbasis produksi dalam negeri.
Pasalnya, pada tahun ini, NFA menugaskan BULOG untuk mengelola CBP sebanyak 2,4 juta ton, dengan stok akhir tahun sebanyak 1,2 juta ton.
Baca Juga: Pemerintah Akan Tunjuk Bulog untuk Impor 1 Juta Ton Beras Tambahan dari India
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam kesempatan yang sama menyampaikan, BRIN menyambut baik terlaksananya tanam perdana ini dan berkomitmen membantu penguatan sektor pangan dari sisi yang paling hulu, diantaranya melalui riset dan pengembangan varietas.
Pihaknya tidak akan berhenti hanya sampai riset, namun turut memikirkan untuk hilirisasinya, sehingga varietas yang telah dikembangkan melalui riset tersebut akan dirasakan kebermanfaatannya secara luas.
"Maka kita selalu gandeng mitra industri, seperti BUMN atau pelaku usaha swasta yang lain," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News