Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih membuka peluang penurunan suku bunga acuan BI atau BI rate, setelah menurunkan giro wajib minimum (GWM) dari 8% menjadi 7,5%.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, pelonggaran kebijakan moneter tersebut tak hanya dilakukan Indonesia. Menurutnya, China telah lebih dahulu melakukan hal tersebut.
Otoritas moneter China menurunkan GWM sebagai antisipasi dari perlambatan ekonomi China untuk menjaga stabilitas ekonomi. Setelah menurunkan GWM, barulah China memangkas suku bunganya.
"Memang dampaknya tidak signifikan di ekonomi China, tetapi yang ditunggu stabilisasi ekonomi China," kata Mirza di Jakarta, Kamis (19/11).
Sementara itu, indikator makro Indonesia sendiri semakin menunjukkan adanya perbaikan. Pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2015 sebesar 4,73% lebih tinggi dibanding kuartal II dan kuartal I. Defisit transaksi berjalan atau current account (CAD) kuartal ketiga mengecil menjadi 1,8% dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2% dari PDB.
Begitu juga dengan laju inflasi per Oktober lalu yang secara year on year mencapai 6,25% diyakini akan menurun pada akhir tahun menjadi di bawah 3%, walaupun inflasi yang rendah tersebut menujukkan pelemahan daya beli masyarakat.
"BI menurunkan GWM karena melihat perkembangan inflasi yang membaik dan CAD yang mengecil sehingga kemudian kita ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter," tambah Mirza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News