CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Selat Malaka Rawan Konflik Energi Antar Negara


Senin, 20 April 2009 / 09:43 WIB
Selat Malaka Rawan Konflik Energi Antar Negara


Reporter: Yohan Rubiyantoro |

JAKARTA. Posisi Indonesia yang berada di tengah-tengah jalur laut transportasi internasional, membuat jalur laut transportasi di Selat Malaka rawan konflik. Pasalnya, ditengah krisis global saat ini, berbagai negara berlomba-lomba menguasai akses ekonomi, khususnya energi.

Institute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS) mengingatkan, Selat Malaka merupakan jalur terpadat di dunia. Selat ini menjadi urat nadi lalu lintas transportasi minyak bumi sebesar 9,4 juta barrel yang menghidupi perekonomian dunia.

“Upaya negara-negara besar mengamankan pasokan energinya sangat mungkin menyeret Indonesia ke dalam konflik antar negara,” ucap Direktur Eksekutif IDSPS, Mufti Makaarim kepada Kontan, Minggu (19/4).

Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan bahwa dari tahun 1997 hingga 2020, China akan mengalami peningkatan konsumsi minyak sebesar 4,3 % pertahun. Dengan demikian, China akan mengalami peningkatan konsumsi minyak sebesar 150 %, batubara 158 % dan gas alam 1.100 %. Pertumbuhan ini akan diikuti oleh negara lain, diantaranya Brazil, India dan Mexico.

Di Brazil, konsumsi minyak akan meningkat sebesar 4,3 %, India 3,7 %, dan Mexico 3,0 % antara tahun 1997 – 2020 Selat Malaka adalah salah satu jalur pelayaran perdagangan dunia yang paling sibuk karena memperpendek jarak tempuh dari samudra Hindia ke Samudra Pasifik sehingga banyak negara yang memiliki kepentingan langsung terhadap Selat Malaka.

Dalam sehari sekitar 150 kapal milik negara-negara dunia yang menggunakan Selat Malaka. Setiap negara itu memiliki kepentingan untuk mengamankan kapal-kapalnya dari gangguan
kemanan seperti aksi perompakan. Karena itu, bila Indonesia tidak mampu memberikan keamanan di sepanjang Selat Malaka, maka bukan tidak mungkin negara-negara asing akan menempatkan armadanya di kawasan ini.

“Sebab itu kita harus betul-betul waspada, dan menjaga keamanan perbatasan laut kita,” imbuh Etty Agoes, Anggota Dewan Kelautan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×