Reporter: Yudho Winarto | Editor: Test Test
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sering kesulitan, terutama masalah bahasa dan komunikasi saat menjalankan lawatan ke luar negeri. SBY pun meminta lebih banyak lagi disiapkan sejumlah interpreter atau penerjemah bahasa asal Indonesia.
"Sering yang menerjemahkan saya itu berasal dari negara yang bersangkutan. Itu bisa miss interpertasi dan menjadi skandal diplomasi," ujar SBY di hadapan 130 perwakilan RI di luar negeri, Kamis (23/2).
Untuk itu, SBY menegaskan seharusnya yang mendampingi dirinya selaku penerjemah adalah orang Indonesia. Mengingat menjadi interpreter tidak bisa sembarang orang. Pasalnya interpreter ini berada di bawah sumpah dan UU. "Kalau terjadi kesalahan dalam menerjemahkannya bisa perang," imbuhnya.
SBY pun langsung memberikan perintah khusus kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk segera mempercepat penyiapan interpreter. "Perlu percepatan pendidikan interpreter untuk semua bahasa. Kita sudah punya pusat bahasa di Sentul," tukasnya.
Sementara itu, Marty menjelaskan Kementerian Luar Negeri sudah menyiapkan interpreter-interpreter yang diharapkan SBY. Mengingat kebutuhan interpreter ini tidak hanya menjadi keperluan Kementerian Luar Negeri semata tetapi secara keseluruhan.
Saat ini Kementerian Luar Negeri lebih memproritaskan untuk mencukupi kebutuhan interpreter untuk bahasa utama PBB. Sebut saja seperti bahasa Mandarin, Inggris, Arab, dan Prancis. "Di Kemenlu sudah ada prosesnya," cetusnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News