Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Lembaga pemberi rating Moody's memperingatkan Indonesia agar mewaspadai dampak kebijakan pemerintah yang plin-plan dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Meski begitu, pihak Bank Indonesia (BI) merasa tak perlu risau.
"Sebetulnya lembaga rating itu punya metode sendiri. Itu tidak harus dianggap akurat," sebut Gubernur BI Darmin Nasution, Senin, (6/5).
Menurutnya, mereka hanya memberikan masukan dan perhatian bagi pemerintah. Meski tak risau, BI dan pemerintah tetap mengambil langkah-langkah untuk merespons alarm tersebut. Baik itu dalam persoalan reformasi birokrasi maupun ketentuan naik atau tidaknya BBM.
Selain itu, Moody's juga merevisi ke bawah pertumbuhan Indonesia. Tadinya, lembaga asal Amerika Serikat ini memprediksi perekonomian Indonesia mampu tumbuh 6,2%. Namun kemudian diturunkan menjadi 6%.
Meski begitu, BI tetap yakin pada perkiraannya yakni 6,2%-6,5%. Terlebih, ada Pemilu 2014 yang dapat memberi dampak positif pada pertumbuhan ekonomi karena pengeluaran yang meningkat. Itu pun dinilai akan mendongkrak pertumbuhan 0,1%-0,2%.
"Oleh karena itu, kita tidak perlu sepesimis lembaga rating. Iya betul ekspor belum pulih, dan investasi tidak secepat pertumbuhan tahun lalu. Tapi ada faktor lain yaitu Pemilu," sebut Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News