Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah hingga menembus Rp 15.000 per dollar AS. Kemarin Senin (4/7), rupiah berada di Rp 14.972 per dollar AS.
Meski wewenang dalam menjaga stabilitas rupiah di bawah kendali bank sentral alias Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan turut berkontribusi menyiapkan langkah stabilitas ekonomi makro di Tanah Air.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, yang dilakukan pihaknya adalah dengan menjaga inflasi agar ekonomi makronya lebih terjaga. Menurutnya, inflasi masih tetap terjaga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk tidak menaikkan harga-harga energi yang disubsidi.
“Kita melihatnya kan dari makronya lengkap, yang jelas dengan kita menjaga inflasinya itu kan membuat stabilitas makronya lebih terjaga, dengan cara menjaga daya beli masyarakat. Inflasi bisa terjaga maka stabilitas makro kita relatif terjaga,” tutur Febrio kepada awak media saat di Gedung Parlemen DPR RI, Selasa (5/7).
Baca Juga: Diramal Turun Lagi, Cadangan Devisa Juni 2022 Ditaksir di Level US$ 134 Miliar
Selain itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat juga dengan menaikkan subsidi belanja subsidi dan kompensasi energi yang anggarannya sebanyak Rp 502 triliun. Penambahan anggaran tersebut juga menyebabkan harga-harga untuk BBM, tarif listrik dan gas LPG masih bisa di tahan.
Selain itu, Ia menambahkan, kondisi eksternal juga masih dalam keadaan baik. Hal ini tercermin dari kondisi neraca perdagangan yang terus berlanjut selama 25 bulan berturut-turut pada Mei 2022, sehingga kondisi transaksi berjalan juga masih berjalan dengan baik.
Kemudian, dengan kinerja transaksi berjalan tersebut, cadangan devisa Tanah Air juga masih tinggi. Cadangan devisa bulan Juni tercatat US$ 135,6 miliar. Febrio menilai posisi ini masih sangat cukup.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Ramal Cadangan Devisa Juni 2022 Berpotensi Turun Lagi
“Cadangan devisa kita tinggi sekali dibandingkan beberapa kekhawatiran yang sering terjadi. Tahun 2022 ini kondisi makro kita kan relatif terjaga, lagi-lagi kita lihat bagaimana banyak negara itu mungkin tidak memiliki kondisi sestabil Indonesia. Jadi kita memang punya modal, akan tetapi kita akan tetap hati-hati dan terus jaga stabilitas ini ke depan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News