Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan resmi memiliki gubernur baru pada hari ini. Pucuk pimpinan otoritas moneter itu kini dipegang oleh Perry Warjiyo, seiring dengan pelantikannya menjadi Gubernur BI di Mahkamah Agung (MA), Kamis (24/5).
Pelantikan tersebut mengawali tugas berat yang akan dipikul Perry, terutama untuk membuktikan komitmennya saat fit and proper test, yakni pro stabilitas dan pro pertumbuhan ekonomi.
Stabilitas dan pertumbuhan sulit berjalan berbarengan di saat gonjang-ganjing pasar keuangan Indonesia. BI baru saja menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) 25 bps menjadi 4,5%. Kenaikan itu berpotensi mengadang pertumbuhan ekonomi karena suku bunga perbankan juga bakal terkerek naik.
Di sisi lain kenaikan BI-7DRRR belum mendapat respon positif pelaku pasar. Terbukti dengan masih terus keluarnya dana asing, sehingga membuat rupiah semakin melemah.
"Pro-growth memang diinginkan oleh semua, tetapi jangka pendek harus pilih yang mana dulu," jelas Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Asset Management Rabu (23/5).
Menurutnya, suku bunga acuan BI masih perlu naik lagi dalam jangka pendek untuk mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. "Ada ekspektasi dua kali lagi masing-masing 25 bps. Jadi, maksimal BI menaikkan suku bunga 75 bps tahun ini," ucap Lana.
Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina menyatakan, pemulihan nilai tukar rupiah harus menjadi perhatian lebih besar saat ini. Dalam era moneter ketat, Indonesia perlu keseimbangan. Namun di sisi lain, BI perlu menjaga momentum perbaikan ekonomi yang sudah berlangsung.
Untuk itu, BI tidak boleh bekerja sendirian. Dian menyatakan, akar masalah perekonomian nasional adalah defisit transaksi berjalan. Itu tugas utama pemerintah, dan BI hanya mendukungnya dengan stabilitas nilai tukar. "Kita harus bersabar dengan gejolak global. Perbaikan ekonomi sudah berlangsung, tinggal dilanjutkan saja oleh pemerintah," terang Dian.
Ekonom Maybank Juniman bilang, di awal kepemimpinan, Perry bakal menghadapi dua skenario. Skenario itu tergantung berapa kali Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
Kalau The Fed tetap menaikkan suku bunga tiga kali, BI 7-DRRR tidak akan dinaikkan lagi tahun ini. "BI cukup relaksasi kebijakan makroprudensial atau financial deepening untuk melawan dampak kenaikan suku bunga sebanyak 25 bps kemarin," kata Juniman.
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali, BI-7DRRR harus naik lagi 0,25%. BI juga harus relaksasi kebijakan makroprudensial agar ekonomi tak terganggu atas kenaikan BI-7DRR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News