Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Jumat (13/3), pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI) melakukan rapat koordinasi mengenai perkembangan ekonomi terkini termasuk rupiah. BI mengakui tidak perlu khawatir tentang depresiasi rupiah yang terjadi sekarang ini.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, depresiasi rupiah dari Desember 2014 hingga Maret ini kurang lebih 6% secara year to date (ytd). Sepanjang tahun 2014 depresiasi rupiah adalah 1,8%.
Dalam konteks ini, rupiah tidak terlalu mengkhawatirkan karena saat ini ada kecenderungan Amerika menguat terhadap semua mata uang. Suku bunga Amerika kemungkinan akan dinaikkan pada Juni atau Juli tahun ini, dari posisi 0,25% akan dinaikkan antara 0,5%-1% pada tahun ini.
Nanti pada 2016 akan naik lagi menjadi 2%-2,5%. Mengantisipasi kondisi ini terhadap rupiah, Mantan Menteri Keuangan ini mengakui BI akan selalu hadir di pasar. "BI akan jaga supaya kalau ada yang butuh likuiditas, BI akan siapkan," ujarnya usai rakor di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Jumat (13/3).
Likuiditas valuta asing (valas) akan BI yakinkan senantiasa tersedia di pasar. Kondisi moneter secara umum, menurutnya, penempatan dana perbankan di BI lebih dari Rp 350 triliun.
Arah kebijakan BI tetap akan berfokus pada menjaga stabilitas ekonomi makro. "Posisi kita secara moneter bisa dikatakan cautious dan tetap bias ketat. Itu adalah posisi kita," tandasnya.
Adapun, posisi rupiah hari ini (13/3) berdasarkan kurs tengah BI berada pada level Rp 13.191 per dollar Amerika Serikat (AS). Posisi ini melemah 0,11% dibanding hari sebelumnya Rp 13.176 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News