kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko makro ekonomi Indonesia terus meningkat


Selasa, 04 September 2018 / 00:48 WIB
Risiko makro ekonomi Indonesia terus meningkat
ILUSTRASI. Rizal Ramli


Reporter: Havid Vebri | Editor: Havid Vebri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah sebulan nilai tukar rupiah (kurs rupiah) terhadap dolar AS terus merosot, hingga mendekati angka Rp 15.000.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Rizal Ramli mengaku, sudah memprediksi kondisi ini sejak setahun yang lalu.

Rizal mengaku dirinya telah melihat dan memperhatikan beberapa indeks perekonomian yang terjadi dua tahun terakhir. 

"Risiko makro ekonomi Indonesia terus meningkat 2 tahun terakhir, ditambah faktor eksternal," kata Rizal dalam keterangan, Senin (3/9). 

Menurut Rizal, ada tiga indeks yang bisa dilihat mengapa rupiah anjlok. Pertama, ekonomi Indonesia sudah tiga tahun mandek, ekonomi yang biasanya tumbuh 6% lebih, namun selama tiga tahun terakhir ini hanya 5% saja.

Kedua, risiko makro ekonomi semakin tinggi, karena sumber ekonomi, daya beli, dan transaksi penjualan yang ikut merosot.

Rizal yakin hal tersebut terjadi karena pengelolaan ekonomi yang tidak hati-hati atau tidak pruden.

"Defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan negatif, padahal seharusnya negara-negara di Asia tenggara rata-rata saat ini tengah mengalami positif," jelasnya.

Ketiga, neraca pembayaran juga negatif. Dalam kondisi ini artinya negara meminjam sekedar untuk membayar bunga pinjaman saja.

Semua indikator menunjukkan negatif, neraca perdagangan, neraca transaksi, neraca pembayaran, dan primary balance. "Ini yang kejadian sudah setahun yang lalu," ujar Rizal.

Sayangnya, menurut Rizal, selama ini pemerintah terlalu banyak membantah, dan terlalu banyak memberikan keterangan palsu.

Menurutnya, hanya informasi baik saja yang disiarkan, namun informasi buruk ditutup-tutupi.

Presiden Jokowi sendiri baru belakangan ini menyadari bahwa ekonomi Indonesia saat ini sedang sakit, transaksi perdagangan negatif, dan impor lebih banyak dari ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×