kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Redam penularan corona, edukasi protokol kesehatan 3M harus lebih gencar lagi


Rabu, 07 Oktober 2020 / 13:55 WIB
Redam penularan corona, edukasi protokol kesehatan 3M harus lebih gencar lagi


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi covid-19 telah melanda Indonesia kurang lebih tujuh bulan sejak diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama pada awal Maret lalu. Pemerintah pun tak henti menyerukan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Utamanya dengan gerakan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Melihat penyebaran corona yang masih tinggi, sejumlah pihak meminta pemerintah mengevaluasi penanganan Covid-19. Masyarakat juga diharapkan menaati protokol kesehatan.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mendorong pemerintah untuk memberikan edukasi protokol kesehatan yang lebih gencar dan lebih baik lagi. Ukurannya harus bisa membuat masyarakat menyadari bahaya penularan covid-19 dan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.

“Pemakaian masker itu kan tujuannya mencegah penularan. Jadi tidak semata-mata orang itu memakai masker atau tidak, tapi seberapa besar ketika tidak memakai masker tertular atau menularkan,” kata Riris ketika dihubungi, Selasa (6/10).

Baca Juga: Biaya test swab mandiri maksimal Rp 900 ribu, IDI: Pemerintah perlu memberi subsidi

Riris mencontohkan, menyadarkan penggunaan masker tidak melulu pada penindakan atau denda yang dilakukan melalui operasi yustisi. Akan tetapi, memberikan pemahaman pentingnya penggunaan masker.

“Bagaimana masyarakat bisa sadar bahwa risiko tertular bukan tidak terkait dengan adanya operasi yustisi atau denda, tapi risiko tertular karena perilaku mereka sendiri yang tidak menggunakan masker,” ujar dia.

Riris juga menekankan, pelaksanaan menjaga jarak (social distancing) akan menurunkan transmisi (penularan). Namun problemnya adalah jika social distancing dilakukan terlalu ketat atau terlalu lama maka social ekonomi akan memburuk.

“Pemerintah harus punya indikator yang jelas kapan harus sedikit melonggarkan, kapan harus diketatkan dan itu harus dilakukan secara konsisten. Jadi memang kalau penularannya meningkat seharusnya mobilitasnya dihentikan lagi,” ujar dia.

Baca Juga: 5 Langkah yang harus dilakukan jika orang terdekat kena virus corona

Riris mencontohkan, adanya klasifikasi zona penyebaran corona. Kebijakan ini harus dilaksanakan konsisten. Sebab yang terjadi masyarakat senang ketika daerahnya berubah dari zona kuning menjadi zona hijau.

“Tapi begitu naik lagi ke (zona) kuning, masyarakat, pemerintah akan denial (menyangkal) terhadap itu dan pemerintah tetap bertindak seperti halnya masih (zona) hijau dan tidak mau kemudian melakukan pengereman atau pengetatan social distancing,” ungkap dia.

Riris menyarankan, jika pemerintah menunggu vaksin maka harus dilakukan upaya menjaga agar transmisi penularannya tidak meningkat terus. Hal tersebut dilakukan agar penambahan kasus positif semakin sedikit.

“Penularan pasti akan terjadi tetapi adalah seberapa jauh kita bisa mengendalikan atau menurunkan penularan tersebut,” ucap dia.

Lebih lanjut, terkait penerapan jam malam di sejumlah daerah, Riris menilai, kebijakan ini tidak berdampak besar untuk mengendalikan penularan corona. Ketimbang menerapkan jam malam, lebih baik proporsi orang bergerak yang harus dibatasi.

Baca Juga: Riset terbaru: Masker tidak mempengaruhi paru-paru, virus hidup di kulit selama 9 jam

Selain itu, Riris mengatakan, penerapan pembatasan sosial berskala mikro akan efektif jika penularannya sudah terkendali. Artinya penularannya tidak meluas di populasi.

Akan tetapi jika penularannya sudah meluas, positivity rate meningkat, tidak diketahui lagi siapa tertular siapa dan dimana tertularnya, maka itu indikasi penularan meluas.

Jika penularannya saja sudah meluas dan pergerakan dibatasi secara mikro, transmisi bisa tetap terjadi.

“Itu bisa dilakukan di awal – awal pandemi atau ketika kemudian kasus kasus penularan di masyarakat tidak meluas, baru masuk akal,” tutur Riris.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Cegah penyebaran corona, pilih masker yang tepat sesuai situasi yang dihadapi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×