kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio Gini Diperkirakan Stagnan Meski Ada Bansos, Ini Penyebabnya


Rabu, 07 Februari 2024 / 04:00 WIB
Rasio Gini Diperkirakan Stagnan Meski Ada Bansos, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Tingkat ketimpangan pengeluaran atau rasio gini diperkirakan akan stagnan pada 2024 KONTAN/Cheppy A. Muchlis/09/01/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat ketimpangan pengeluaran atau rasio gini diperkirakan akan stagnan pada 2024 atau bahkan berpotensi melonjak jika pemerintah tidak segera bertindak untuk mengatasinya.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai rasio gini pada 2024 berpeluang stagnan di level 0,388, atau sama seperti Maret 2023.

Menurutnya masifnya bansos yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat tahun ini tidak berpengaruh menurunkan rasio gini, atau bahkan ketimpangan bisa semakin buruk.

“Karena bansos sebenarnya tidak sustainable dan tidak meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat, hanya menahan daya beli masyarakat dalam jangka waktu tertentu, agar tidak semakin melemah,” tutur Ronny kepada Kontan, Selasa (6/2).

Ronny bahkan memprediksi rasio gini bisa terus meningkat hingga level 0,390-0,400 jika pemerintah tidak segera bertindak mengatasi ketimpangan ini.

Baca Juga: Peningkatan Pendapatan Per Kapita Belum Mampu Dorong Konsumsi Rumah Tangga

Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan rasio gini diantaranya, pertama mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pengembalian investasi (ROI) para pemilik modal.

Kedua, memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut, agar bisa menyerap sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan dan menekan sebanyak-banyaknya angka kemiskinan.

Ketiga, mengalokasikan anggaran negara jumbo untuk kebijakan penyamaan level playing field, yakni kebijakan dan program peningkatan kapasitas SDM masyarakat, seperti kebijakan pendidikan, kesehatan, pelatihan kerja, kredit usaha murah, dan peningkatan kapasitas UMKM, dan lainnya.

“Ratio gini berpotensi meningkat terus sampai ke level 0,39 - 0,40, jika pemerintah tidak memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi kita di satu sisi, dan gagal mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, minimal 6%,” ungkap Ronny.

Berbeda pendapat, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2023, perkiraan rasio gini pada September 2023 akan relatif lebih rendah.

Pada September 2023 rasio gini diperkirakan sekitar 0,385 hingga 0,386. Angka ini turun jika dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 0,388.

Akan tetapi, menurut Yusuf kondisi rasio gini tersebut tidak lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi di periode yang sama di tahun lalu, yakni hanya turun 0,004 atau 0,005 dari September 2022 yang sebesar 0,381.

Baca Juga: Anies Baswedan Bicara Masalah Terbesar Indonesia Adalah Ketimpangan

“Kami perkirakan rasio gini akan berada di angka 0,385 sampai 0,386 (September 2023). Namun kondisinya tidak lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi di periode yang sama di tahun lalu,” ungkapnya.

Sementara itu, untuk tahun 2024 ini Yusuf memperkirakan rasio gini akan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan 2023.

Menurutnya rasio gini ini dengan asumsi pemerintah menyalurkan berbagai bantuan sosial (bansos) dan juga bantuan bagi kelompok pendapatan menengah ke bawah.

“Seharusnya angka rasio gini (2024) akan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×