Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Kerjasama antara Indonesia dan Hongaria di sektor energi baru terbarukan (EBT) diproyeksikan akan mencapai US$ 20 juta.
Kerjasama tersebut akan difokuskan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta pembangunan pabrik panel surya.
Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, setelah pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Viktor Orban, pihaknya akan membicarakan lebih detail dengan calon investor dan PT PLN.
"Katanya nilainya bisa capai US$ 20 juta, tapi kita masih mendetailkan lagi,"kata dia usai mengikuti pertemuan bilateral dengan pemerintah Hongaria, Senin (1/2).
Menurut Sudirman, meskipun sudah dapat memperkirakan nilai investasi yang bakal masuk, namun pihaknya belum memastikan kapasitas PLTS yang akan di bangun investor Hongaria.
Yang jelas, lokasi pembangunan pembangkit yang memanfaatkan energi sinar matahari ini akan dibangun di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
"Saat ini kan baru high level, nanti saya bersama menteri Hongarian akan bertemu, lalu kami akan bertukar delegasi. Jadi, tahapannya masih panjang, paling tidak presiden sudah memberi arahan," kata dia.
Sudirman mengharapkan, besarnya kemampuan Hongaria di bidang energi baru terbarukan (EBT), kapasitas pembangkit yang akan dibangun akan jaug lebuh tinggi dibanding PLTS yang ada sekarang.
Di mana, PLTS terbesar yang dibangun di Indonesia berada di Kupang dengan kapasitas 5 megawatt (MW).
"Indonesia juga akan membangun 5.000 MW PLTS dalam waktu empat tahun ke depan, itu kan besar sekali," kata Sudirman.
Sementara, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, selain kerjasama investasi di sektor pembangkit listrik, Indonesia dan Hongaria juga akan menjalin kerjasama dalam riset pengembangan EBT ini.
"Kita juga harus bisa punya kemampuan untuk melakukan riset di bidang renewable energy, agar bisa menyuplai kebutuhan ke PLN, ini kan selama belum, sehingga nanti bisa terintegrasi," kata dia.
Dalam waktu dekat, Indonesia akan mengirimkan sekitar 100 mahasiswa program magister ke Hongaria untuk dapat mendalami riset.
Nasir bilang, selain di bidang EBT, pengiriman beasiswa tersebut juga bertujuan untuk pengembangan riset di sektor pengelolaan air maupu memanfaatan IT.
Terkait alokasi anggaran untuk riset tersebut, Kemristek Dikti menyatakan masih melakukan kajian bersama pemerintah Hongaria.
Tapi, "Kami pernah kerja sama dengan Inggris nilai mencapai 2 juta euro, kalau dengan Hongaria kami harus melakukan mapping dulu," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News