kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Prof Francisco Veloso INSEAD: Revolusi Artificial Intelligence Pengaruhi Segala Aspek


Kamis, 21 Agustus 2025 / 15:09 WIB
Prof Francisco Veloso INSEAD: Revolusi Artificial Intelligence Pengaruhi Segala Aspek
Dekan INSEAD Prof. Francisco Veloso


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. INSEAD, Sekolah bisnis pascasarjana global menyatakan bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjadi revolusi dalam banyak aspek kehidupan. Dari cara bekerja hingga cara belajar dimana AI telah membawa perubahan yang signifikan.

Dekan INSEAD Profesor Francisco Veloso mengungkapkan, revolusi AI saat ini memang masih dalam tahap awal dan masyarakat masih belajar bagaimana memanfaatkan kecerdasan buatan ini untuk kebaikan. AI juga telah mengubah cara kita mengajar dan belajar. Ini bukan hanya tentang apa yang kita ajar, tetapi juga bagaimana mengajarnya.

Namun, ada tantangan. Kata Veloso, AI dapat digunakan untuk membantu kita belajar lebih baik dan lebih efisien. Dalam dunia yang semakin maju, metode penelitian tradisional yang berupa kasus tertulis mulai ditinggalkan. Kini, teknologi seperti chatGPT mampu menganalisis data. "Namun, bukan berarti metode kasus sudah mati. Metode ini masih hidup, hanya saja dalam bentuk yang berbeda," ungkap dia, Selasa (19/8)

Veloso bilang, salah satu perubahan yang terjadi adalah penggunaan AI untuk mendukung lingkungan belajar. Misalnya, INSEAD selalu menggunakan simulasi bisnis untuk belajar. "Sekarang kita dapat menggabungkan AI yang membuat simulasi menjadi lebih nyata dan efisien," ungkap dia.

Dengan memakai AI, lingkungan belajar menjadi semakin mirip dengan lingkungan bisnis. "Kita menerima laporan, membuat keputusan, dan belajar dari proses tersebut. Ini membawa kita lebih dekat dengan lingkungan eksekusi yang sebenarnya," ujar dia.

Veloso menjelaskan, metode ini memungkinkan kita untuk menilai bagaimana pelajar berinteraksi dan belajar melalui proses tersebut. Meski berbeda dari metode sebelumnya, jika digunakan dengan benar, metode ini dapat memberikan hasil yang positif.

Namun, transformasi ini membutuhkan adaptasi. Sebagai contoh, seorang pelajar dapat bertanya langsung untuk mendapatkan jawabannya. Atau, seorang penulis yang juga pelajar dapat mengubah semua dokumen kelasnya menjadi podcast atau voice.

Menurutnya, ada cara menarik jika kita bisa menggunakan alat-alat modern untuk mengadaptasi belajaran ke gaya belajaran yang berbeda. "Namun, ini membutuhkan penyesuaian aktif, bukan hanya cara pasif menuju belajar dan pendidikan. Dan inilah yang sangat penting ketika kita berpikir tentang pendidikan bisnis," kata dia.

Seperti diketahui, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengajak semua pihak untuk memiliki keberanian keluar dari zona nyaman untuk melakukan terobosan, terutama di bidang digital.

Sebab, Presiden Prabowo Subianto memberi pesan agar Indonesia harus menguasai teknologi dan menjadi produsen, tidak hanya konsumen.

"Kita perlu keberanian keluar dari zona nyaman untuk melakukan terobosan yang mungkin mengusik pihak lain," ujar Gibran dalam video monolog berjudul 'Bukan Lagi Hanya Pasar Digital, Indonesia Harus Jadi Produsen Digital’ yang diunggah dalam kanal YouTube pribadinya, dikutip Selasa (27/5/2025).

"Kita butuh champion-champion digital hasil karya anak bangsa sebagai cikal bakal kebanggaan negeri agar mampu tumbuh menjadi raksasa digital, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi negeri ini. Memang perbaikan dan penyempurnaan perlu terus dilakukan," sambungnya.

Gibran menjelaskan, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2024.

Kemudian pada 2030, diprediksi mencapai US$ 200-US$ 300 miliar. Hal tersebut menunjukkan, pasar Indonesia memiliki potensi yang besar dan menjanjikan.

"Oleh sebab itu, kita butuh gerakan bersama untuk melakukan langkah besar bersama. Kita perlu ruang yang harus kita jaga bersama agar pelaku lokal dan talenta digital bisa tumbuh dan berinovasi," ujar Gibran.

Lanjutnya, pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo berkomitmen penuh membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional.

Mulai dari pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), machine learning, games, IoT, blockchain, robotik, hingga keberpihakan terhadap platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha.

Kehilangan Pekerjaan

Meski keberadaan kecerdasan memudahkan dan mengefesienkan bisnis, tetapi kecerdasan buatan bisa membuat pekerjaan konvensional akan hilang.

Veloso mengatakan, dengan adanya AI kita perlu memiliki kemampuan yang tepat dan harus ada yang mengajarkan orang-orang untuk memahami model-model ini, yakni memahami apa yang bisa kita lakukan dengan para pekerja itu, bagaimana memasarkan pekerja, bagaimana melakukannya.

"Ada beberapa triliun dolar nilai ekonomi yang akan dihancurkan melalui AI. Tetapi, pekerjaan akan hilang tapi kebanyakan pekerjaan akan diubah dan disesuaikan kembali," ujar dia.

Ia mengatakan, dengan keberadaan AI organisasi-organisasi itu akan berubah dan akan pekerjaan itu akan diubah. "Saya mau katakan bahwa orang-orang bicara bukanlah pekerjaan yang diubah oleh AI, tapi pekerjaan yang diubah oleh seseorang yang menggunakan AI dalam pekerjaan mereka yang akan diubah pekerjaan seseorang yang tidak berubah," ungkap dia.

Ia menyatakan bahwa elemen investasi dalam mengubah pekerjaan juga penting. Jika kita tidak berinvestasi AI dalam pendekatan untuk melakukan hal-hal yang berbeda, kita tidak akan memiliki penyelesaian yang benar.

Selanjutnya: Kata Ahli, Minum Teh Hitam Bikin Umur Makin Panjang lo

Menarik Dibaca: Kata Ahli, Minum Teh Hitam Bikin Umur Makin Panjang lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×