Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan salah satu prasyarat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah terpeliharanya stabilitas domestik maupun global.
Menurutnya, bencana, konflik dan perang merupakan kondisi ketidakpastian yang pasti memicu krisis dan instabilitas.
Dengan pertahanan negara yang kuat, sangat mungkin mencegah dan terhindar dari ancaman perang, untuk itu stabilitas akan lebih terpelihara.
Baca Juga: Profil dan Jejak Karir Prabowo Subianto, Baru Jalani Operasi Cedera Kaki
“Saat ini lingkungan strategis kita justru tengah memasuki era yang disebut paling menantang karena diwarnai volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas. Potensi konflik, pembentukan aliansi hingga perlombaan senjata pun meningkat seiring kondisi dan dinamika,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Khairul mengungkapkan, dalam 10 tahun negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, China dan lainnya, berpacu meningkatkan belanja pertahanannya. Ambil contoh pada saat pandemi, belanja pertahanan malah naik terutama alutsista.
Artinya, pandemi sangat potensial melemahkan ketahanan suatu negara sehingga kerentanan harus diantisipasi dengan penguatan postur pertahanan.
Baca Juga: Prabowo Subianto Terima Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama Polri
Dengan demikian, stabilitas dapat dipelihara dan potensi-potensi gangguan terhadap upaya mengejar pertumbuhan ekonomi juga bisa ditekan.
“Karena itu, menurut saya komitmen presiden terpilih Prabowo Subianto untuk meningkatkan alokasi anggaran pertahanan secara bertahap adalah sesuatu yang layak dan patut. Tentunya secara proporsional pula. Dalam waktu dekat, setidaknya yang harus dikejar adalah target 1% dari PDB,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News