kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Polisi dinilai istimewakan Rasyid Rajasa


Rabu, 02 Januari 2013 / 21:38 WIB
Polisi dinilai istimewakan Rasyid Rajasa
ILUSTRASI. Buah dapat dimanfaatkan sebagai obat sesak nafas. Kontan/Alri kemas


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI) Ganjar Laksamana mempertanyakan sikap polisi yang berbeda dalam menangani kasus kecelakaan lalu lintas Afriyani-Novi Amelia dengan Rasyid Rajasa, anak Menko Perekonomian Hatta Rajasa.

“Yah sangat berbeda sekali perlakuan pihak kepolisian terhadap 3 kasus lalu lintas yang melibatkan Afriyani, Novi dan juga Rasyid. Pada dua kasus pertama polisi sangat terbuka, tapi kok yang ini tertutup sekali. Alasan kepolisian tidak mau membuka telanjang kasus ini karena masih penyelidikan meski benar tapi aneh karena selama ini dalam dua  kasus sebelumnya polisi sangat terbuka dan bahkan foto Novi yang hanya mengenakan bikini di tahanan kepolisian pun beredar luas,” ujar Ganjar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (2/1).

Afriyani merupakan pengemudi mobil Xenia menabrak 9 orang dipinggir jalan Januari 2012 lalu dekat tugu Tani Jakarta. Ke-9 orang itu tewas ditempat.

Belum lama ini Novi Amelia, model cantik  yang mengemudi dengan ugal-ugalan yang menyebabkan tujuh orang terluka dan merusak mikrolet serta sepeda motor.

Keduanya kini menunggu vonis hakim.

Sementara mobil mewah BMW X5 bernomor polisi B 272 HR yang dikendarai Rasyid Rajasa menabrak Daihatsu Luxio F 1622 CY di tol Jagorawi, Selasa (1/1), pagi, mengakibatkan lansia dan bayi tewas di lokasi kejadian serta tiga penumpang lainnya terluka.

Menurut Ganjar dalam dua kasus sebelumnya juga tidak mempertimbangkan kondisi psikis pelaku tabrakan maut dan langsung menahan keduanya, namun pada kasus anak Hatta jangankan menahan, memberitahukan dimana dia dirawat karena cedera saja tidak.

”Dalam kasus anak Hatta ini, yang ditahan polisi justru informasinya, sementara pelakunya justru ditutupi,” ujar dia.

Dalam kejadian sejenis  menurut Ganjar polisi biasanya polisi langsung mengumumkan 3 hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yaitu mengenai hasil olah TKP seperti alur kecelakaan, hasil tes urin dan juga kemungkinan pasal apa yang akan dikenakan. Untuk kasus ini tidak ada diumumkan mengenai ketiga hal itu dan belum ada pernyataan resmi yang informasi yang cukup informatif yang diberikan pihak kepolisian sampai saat ini.

“Dalam kasus sejenis seperti pada kasus Novi dan Afriyani polisi langsung mengumumkan hal itu segera. Nah untuk saat ini saya tidak melihat itu. Informasinya juga sangat tidak informatif. Bahkan polisi pun menyembunyikan keberadaan mobil yang terlibat dalam kecelakaan itu dan juga rumah sakit tempat dia dirawat,” tegasnya,

Ganjar juga mengaku merasa heran dengan sikap polisi ini karena yang terlibat hanyalah seorang anak menteri. Sikap polisi yang seperti ini jelasnya sangat merugikan polisi karena bagaimana kepolisian berharap mendapatkan dukungan publik untuk menyelesaikan kasus ini sementara polisi tidak mau membuka informasinya pada masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat untuk menyelesaikan kasus ini maka upaya penyelesaian polri hanya seperti angin kosong.

“Dalam kasus apapun baru penyelidikan saja polisi sudah menyebut semua alur ceritanya, tapi tidak di kasus ini. Berjam-jam baru ada keterangan, itupun tidak lengkap. Kasus ini baru melibatkan anak menteri, gimana kalau yang menjadi penyebab kecelakaan itu mentrinya? Bagaimana mengharapkan dukungan rakyat kalau polri justru menutupi kasus ini. Yang rugi nanti polisi sendiri karena Hatta dan keluarganya sudah melempar kasus ini pada polisi. Kalau memang alasan karena mengantuk, kenapa mobil disembunyikan, pelakunya juga, kan jadi aneh dan memancing opini negatif,” jelasnya. (Hasanudin Aco/Tribunnews.com)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×