Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perubahan transaksi belanja masyarakat dari cara konvensional ke online turut mempengaruhi lesunya konsumsi masyarakat.
Namun, Bank Indonesia (BI) menilai, transaksi online juga memiliki dampak positif dan negatif ke kondisi ekonomi di Tanah Air.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, di satu sisi transaksi secara online memotong rantai perdagangan.
Hal ini akan menguntungkan konsumen karena harga produk bisa menjadi lebih efisien. Meski demikian, hilangnya rantai perdagangan tersebut juga menghilangkan nilai tambah.
"Misalnya, perantara satu, dua, dan tiga dalam statistik produk domestik bruto memberi nilai tambah. Packing misalnya, dari satu row material dipacking, itu sudah memberikan nilai tambah dan memberikan outlook tambahan ke PDB. Itu sekarang sudah tidak ada," kata Dody, Kamis (3/8).
Ia mengakui sejumlah indikator makroekonomi, seperti nilai tukar rupiah, inflasi, dan menunjukkan perbaikan. Di sisi lain, sektor ritel, produksi, dan impor melambat. Meski demikian lanjut Dody, pihaknya masih mengkaji gejala anomali ekonomi tersebut.
Menurutnya, data transaksi online atau digital yang saat ini belum dimasukkan dalam kajian BI, masih perlu dilihat lagi. "Ini harus jadi informasi tambahan untuk kami bisa judge ekonomi kita seperti apa," tambah dia.
Dody melanjutkan, bank sentral masih memproyeksi ekonomi kuartal kedua tahun ini di atas pertumbuhan kuartal pertama lalu yang sebesar 5,01%, tetapi di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 5,1%. Dody juga bilang, laju ekonomi akhir tahun masih bisa mencapai 5,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News