Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Maraknya penggundulan hutan atau deforestasi di beberapa negara, ternyata membuat gundah sejumlah perusahaan besar, khususnya di Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, pemerintah dan perusahaan besar asal AS, mendesak agar negara-negara produsen kedelai, daging sapi, minyak kelapa sawit, dan bubur kertas untuk tidak melakukan penebangan hutan.
Sebagai info, pencegahan penebangan hutan sendiri diusulkan oleh Tropical Forest Alliance 2020 (TFA 2020) yang dibentuk oleh pemerintah AS bersama Consumer Goods Forum (CGF) atau perusahaan-perusahaan asal AS. Tujuan adanya TFA adalah mengurangi penggundulan hutan atau deforestasi tropis terkait komoditas-komoditas utama global.
Outreach and Communication Officer Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID), Kit Bannet, mengatakan, pemerintah AS dengan perusahaan-perusahaan besar di AS telah bersepakat untuk menghilangkan tindakan penggundulan hutan khususnya di seluruh dunia. "Target TFA 2020 adalah tidak terjadi lagi upaya penggundulan hutan pada tahun 2020," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/6).
Pada 27-28 Juni 2013, TFA bekerja sama dengan pemerintah Indonesia akan menggelar lokakarya pencegahan penggundulan hutan di Hotel Shangri-La, Jakarta. Pertemuan ini diharapkan mampu menghasilkan solusi-solusi mencegah penggundulan hutan beriringan dengan peningkatan produksi perusahaan.
Menurut Kit, pencegahan penebangan hutan harus melibatkan pemerintah, masyarakat sosial, dan perusahaan swasta. Ia mengatakan, TFA 2020 sendiri terbuka untuk negara-negara lainnya yang ingin terlibat termasuk Indonesia.
Kit menuturkan, secara global empat komoditas kedelai, daging sapi, minyak kelapa sawit, dan bubur kertas, sebagai penyumbang penggundulan hutan terbesar. "Indonesia sendiri menjadi produsen terbesar untuk kelapa sawit dan bubur kertas," ujarnya.
Anggota CGF, Gavin Neath, menambahkan, pihaknya juga mendukung upaya pemerintah Indonesia yang telah menerapkan moratorium hutan. "Moratorium hutan merupakan langkah positif dan menjadi momentum yang baik kedepannya," ujarnya.
Gavin mengatakan, CGF sendiri terdiri dari 400 perusahaan sebagai anggota. Dari total anggota CGF sendiri memiliki total nilai perdagangan mencapai US$ 3 triliun atau sekitar 4% dari perdagangan dunia.
Gavin, yang juga Senior Vice President for Global Communications and Sustainability Unilever Global, mengatakan, pengelolaan usaha terkait empat komoditas utama harus terhindar dari upaya penebangan hutan. Unilever sendiri pada tahun 2012 mengimpor sebanyak 1,5 juta ton bahan mentah minyak kelapa sawit dari berbagai negara di dunia.
Asisten Ahli Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), William P Sabandar, mengatakan, pertemuan TFA 2020 di Indonesia menjadi peluang tersendiri bagi para pengusaha lokal. "Pemerintah sendiri mendukung pencegahan penggundulan hutan untuk menurunkan kadar emisi di dalam negeri," ujarnya.
Menurut William, pertemuan ini akan membuka kerja sama bussines to bussines (b to b) antara perusahaan asal AS seperti Unilever dengan perusahaan dalam negeri. "Namun ada syaratnya perusahaan seperti Unilever akan beli bahan dasar dari Indonesia asalkan dalam pengelolaannya tidak melakukan penebangan hutan," ujarnya.
William mengatakan, di Indonesia terdapat sekitar 30 juta hektare(ha) lahan terlantar yang masih bisa dimanfaatkan. Namun, ia mengingatkan, pemanfaatan lahan terlantar tersebut harus sesuai dengan semangat pencegahan penggundulan hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News