kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi menanti respon perbankan


Kamis, 26 Februari 2015 / 19:43 WIB
Pertumbuhan ekonomi menanti respon perbankan
ILUSTRASI. Asing Catat Net Sell Jumbo dan Melego Saham-Saham Big Cap Ini Kemarin


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Dalam beberapa kesempatan pemerintah, baik presiden Joko Widodo (Jokowi) maupun Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengharapkan suku bunga acuan turun. Tujuannya, supaya industri bergeliat, dan ekonomi bergerak lebih cepat.

Harapan itu tampaknya akan berjalan sempurna, ketika Bank Indonesia (BI) benar-benar menurunkan BI rate pada pertengahan bulan Februari. namun, harapan ekonomi bergerak lebih cepat belum juga terjadi.

Sebab, meski BI rate turun sebanyak 25 basis poin, Perbankan tidak lantas ikut menurunkan suku bunga kreditnya. Menurut ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih Perbankan tidak akan buru-buru menekan bunga kredit mereka.

Sebab, ada sinyal keragu-raguan ketika BI rate turun tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Bagi perbankan, setidaknya membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk bisa merespon penurunan itu.  

Bank perlu waktu untuk meyakinkan diri kalau kebijakan BI merupakan keputusan yang tidak temnporer. "BI rate perlu kembali turun, paling tidak satu hingga dua kali lagi," ujar Lana, Kamis (26/2).

Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 bisa mencapai 5,7%. Namun Lana tidak yakin dengan target itu. Meskipun BI rate turun hingga 50 bps, paling banter pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5,6%.

Lambatnya Perbankan merespon penurunan BI rate ini kemudian mendapat kritik tajam dari wakil presiden JK. Dalam sebuah kesempatan, pekan ini Ia mengatakan bunga kredit yang tinggi menjadi penghambat investor masuk.

Sementara itu ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan ditopang oleh investasi, konsumsi dan belanja pemerintah. Banyaknya proyek yang menjadi agenda pembangunan pemerintah Jokowi menjadi modal untuk mendorong pertumbuhan.

Namun, hal itu belum cukup perlu ekspansi yang besar terutama konsumsi di sektor swasta. Untuk itu maka menekan biaya industri sebagai upaya yang bisa dilakukan.

Selain biaya kredit yang harus ditekan, biaya logistik dan biaya-biaya lainnya harus diturunkan. Setidaknya, hal ini akan mengurangi gap antara target dengan realisasi pertumbuhan yang harus dicapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×