Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mencatat, hingga saat ini realisasi penukaran uang baru telah mencapai Rp 172 triliun atau 98% dari anggaran yang disediakan oleh Bank Sentral sebesar Rp 175,26 triliun. Angka ini naik 13,42% dibandingkan pada periode tahun sebelumnya.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan, dengan adanya perputaran uang yang lebih cepat maka menunjukkan aktivitas ekonomi yang meningkat sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik pusat maupun di daerah.
“Jadi kalau daerahnya tumbuh pasti juga dampak nasionalnya akan tumbuh juga,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Kamis (28/4).
Sehingga tidak heran jika periode Ramadan dan lebaran menurutnya adalah periode di mana jika pada kuartal tersebut biasanya mencatatkan pertumbuhan ekonomi atau tingkat konsumsi rumah tangga yang paling tinggi selama setahun di kuartal tersebut.
“Jadi memang ini yang menyebabkan faktor musiman seperti puasa dan lebaran ini menjadi momen yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita dalam setahun,” tambahnya.
Di sisi lain terkait likuiditas yang berlimpah, menurut Riefky dampaknya ke inflasi memang perlu diwaspadai. Meskipun inflasi sejauh ini masih relatif rendah, dimana target inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun ini sebesar 2% hingga 4% yoy.
“Jadi inflasi kita masuk di target range BI di 2-4%, tapi saya rasa nanti dampaknya ini akan menekan inflasi. Jadi, saya rasa tekanan inflasi juga akan besar walaupun inflasi dugaan saya paling besar terjadi tahun ini bukan di periode puasa dan lebaran. Namun setelahnya,” katanya.
Dirinya mengatakan bahwa Indonesia akan menghadapi kondisi inflasi yang mulai overheating di semester II tahun 2022 seperti yang sudah terjadi di banyak negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News