Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan segera menekan perjanjian Preferential Trade Agreement (PTA) dengan negara Mozambik dalam pekan ini. Perjanjian ini diharapkan memperluas akses pasar tujuan ekspor Indonesia.
PTA itu merupakan kelanjutan dari Indonesia Africa Forum (IAF) yang digelar di Bali pada April 2018. "PTA dengan Mozambik akan ditandatangani minggu ini. Saya tinggal menunggu saja karena menterinya harus dapat izin dari presidennya. jadi tinggal menyesuaikan jadwal saja," ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Senin (19/8).
Baca Juga: Suku bunga diprediksi tetap, harga SUN diramal turun
Enggartiasto mengatakan, Mozambik nantinya akan menjadi pintu masuk ekspor Indonesia ke negara-negara Afrika. Oleh karena itu, potensi ekspor dari PTA tersebut tidak bisa dilihat dari sisi negara Mozambik saja.
Perjanjian tersebut menurutnya akan sama seperti yang sudah dilakukan Indonesia dengan Chili. Negara tersebut juga merupakan pintu masuk ekspor Indonesia ke sebagian negara Eropa dan Afrika Utara.
PTE dengan Mozambik tersebut nantinya akan merupakan kerjasama bilateral pertama Indonesia dengan Afrika di bidang perdagangan. "Jadi PTA ini jangan cuma dilihat dari sisi negara Mozambik saja. Dengan ini ekpor ke Afrika akan naik dan Afrika itu menjanjikan," ujar Enggartiasto.
Baca Juga: Jangan sampai ketinggalan, ratusan mal gelar diskon hingga 74%!
Selain dengan Mozambik, lanjut Enggar, Indonesia juga sedang melakukan negosiasi PTA dengan Tunisia dan Maroko yang ditargetkan juga bisa selesai tahun ini.
Enggartiasto mengakui Indonesia saat ini memang ketinggalan dari negara-negara lain di Asean termasuk Vietnam dari sisi ekspor. Pasalnya, negara itu sudah terlebih dahulu melakukan perjanjian perdagangan dengan negara-negara tujuan ekspor.
Sementara Indonesia sepanjang 10 tahun terakhir masih haru berkejar-kejaran melakukan negosiasi perjanjian perdagangan.
Baca Juga: Harga minyak merangkak naik meski tertahan prospek permintaan
"Oleh karena itu, kita harus terus memutar ke negara-negara lain ketemu dengan menteri perdagangan mereka. Kami juga tidak mau hanya pemerintahnya saja yang jalan tetapi juga harus membawa para pengusaha." tandas Enggar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News