kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perlu transformasi untuk zero emisi


Selasa, 14 Agustus 2018 / 20:46 WIB
Perlu transformasi untuk zero emisi
ILUSTRASI. Diperkirakan penjualan mobil global didominasi mobil listrik pada 2030


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID - Skenario Sky yang disusun oleh Shell untuk mewujudkan zero emisi tahun 2070, dapat tantangan berat di Indonesia dan dunia. Shell menyusun skenario ini jadi peta jalan, setelah Paris Agreement tentang perubahan iklim. Skenario Sky ala Shell menyatakan bahwa upaya untuk mengurangi emisi saat ini tidak cukup. Perlu transformasi yang relevan dan penerapan teknologi secara massal demi zero emisi.

Cho-Oon Khong, Chief Political Analyst Shell Scenario Team mengatakan bahwa sampai tahun 2070, penggunaan listrik untuk menggantikan energi fosil di kendaraan akan mencapai tiga kali lipat, dengan jumlah pembangkit listrik global hampir lima kali  lipat saat ini. “Elektrifikasi akan mencapai 50% dari total konsumsi energi  tahun 2070,” kata dia dalam Scenario Forum di Jakarta, Selasa (14/8). Pihaknya memperkirakan penjualan mobil global akan didominasi mobil listrik pada tahun 2030.

Salah satu tantangan Skenario Sky adalah karena di negara berkembang belum ada upaya mengurangi penggunaan batubara. Maklum, batubara merupakan sumber energi serbaguna yang harganya relatif murah.  Selain itu, penggunaan energi terbarukan masih kurang dari 20%.

Skenario Sky yang disusun Cho menunjukkan bahwa pada tahun 2040 gas alam akan menggantikan batubara untuk pembangkit listrik dan jadi cadangan energi terbarukan. Selain itu, tidak ada lagi deforestasi. Maka zero emisi bisa terpenuhi. Untuk melangkah ke sana, “Pemerintah harus menyediakan infrastruktur, pihak swasta juga harus memanfaatkan insentif,” ujarnya.

Menurut Ekonom Raden Pardede, kendati sangat baik, Skenario Sky sulit diaplikasikan di Indonesia. Banyak faktor yang terkait dengan kebijakan pemerintah soal energi tersebut.  Hal itu diamini oleh Satya Yudha, Wakil Ketua Komisi 1 DPR. Dia bilang, kebijakan lintas sektoral diperlukan untuk skenario tersebut. “Ini tantangan besar untuk pemerintah tahun 2030 mengurangi 40% deforestasi,” kata dia. Mengajak orang untuk peduli emisi juga tidak mudah. “Petunjuk soal emisi saja, kita enggak punya. Hanya ada satu di depan Kedubes Amerika,” ujarnya.

Direktur CSIS Philip Vermonte mengatakan bahwa salah satu kunci terwujudnya zero emisi adalah melibatkan kaum milenial sekarang. Soalnya “Mereka nanti yang berperan besar dalam Skenario Sky tersebut,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×