kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perlu intervensi pemerintah tekan risiko investasi


Minggu, 09 Agustus 2015 / 17:24 WIB
Perlu intervensi pemerintah tekan risiko investasi


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Risiko berinvestasi di Indonesia meningkat menyusul ambruknya nilai tukar rupiah. Analis menilai, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam menekan risiko tersebut.

Meningkatnya risiko investasi domestik tergambar pada angka credit default swap (CDS) 10 tahun Indonesia per Jumat (7/8) yang mencapai 261,83, level tertinggi sejak Maret 2014. Angka tersebut naik 0,6% ketimbang hari sebelumnya sebesar 260,26. Secara year to date (ytd), level tersebut sudah melambung 13,63%.

Begitu pula dengan CDS 5 tahun Indonesia pada Jumat (7/8) yang tercatat 188,436, naik 0,96% ketimbang hari sebelumnya. Angka tersebut sudah terangkat 17,54% secara ytd. CDS 5 tahun sempat mencapai titik tertingginya sejak April 2014 pada Selasa (4/8) di level 189,048.

Semakin tinggi angka CDS, semakin riskan pula investasi di kawasan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah angka CDS, risiko berinvestasi di area tersebut kian minim.

Analis obligasi BNI Securities, I Made Adi Saputra menilai, hingga pengujung tahun 2015, risiko berinvestasi di Indonesia masih akan meningkat. Sebab, realisasi kenaikan suku bunga acuan oleh Amerika Serikat (AS) mengintai kinerja mata uang Garuda. Jika rupiah melemah, CDS Indonesia baik yang lima maupun sepuluh tahun akan melambung.

Apalagi serapan anggaran belanja pemerintah yang dapat menjadi stimulus perekonomian masih rendah. Memang program pembangunan infrastruktur Indonesia mulai berjalan.

“Tapi dampak positifnya baru akan terasa sekitar tiga tahun lagi, tidak cepat. Untuk menekan angka CDS akan bergantung pada kekuatan sentimen dalam negeri. Tergantung langkah-langkah preventif pemerintah,” tutur Made.

Jika pemerintah dapat merealisasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dari 5% pada paruh kedua tahun 2015, angka CDS bisa pulih. Dengan catatan, lanjutnya, inflasi Indonesia juga terkendali.

Namun, ia pesimistis Indonesia dapat memperoleh peningkatan rating menjadi investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) di tahun 2015.

“Kalau bisa diperoleh tahun ini, bisa menekan CDS. Tapi cukup sulit karena rupiah melemah. Mungkin tahun depan baru bisa dapat,” terkanya.

Pada Mei 2015, S&P telah memperbaiki peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif. Hal ini membuka peluang Indonesia meraih kenaikan peringkat investment grade dalam kurun 12 bulan mendatang.

Beberapa tahun lalu, dua lembaga pemeringkat lainnya yaitu Fitch Ratings dan Moody’s Investor telah menghadiahkan peringkat investment grade kepada Indonesia.

“Secara teori seharusnya Indonesia bisa mendapatkan kenaikan peringkat dari S&P di akhir tahun sepanjang spending dan progress pembangunan infrastruktur Indonesia berjalan lancar,” ujar Head of Debt Research Danareksa Sekuritas, Yudistira Slamet . Ia menilai, CDS 5 tahun Indonesia akan berkisar 170–190 pada pengujung tahun.

Sedangkan Made menerawang CDS 5 tahun Indonesia akan bergerak di level 208 pada akhir tahun 2015. “Kalau CDS 10 tahun sekitar 290,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×