kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perlambatan Ekonomi China Bakal Menyakiti Asia, Bagaimana dengan Indonesia?


Kamis, 08 Desember 2022 / 06:10 WIB
Perlambatan Ekonomi China Bakal Menyakiti Asia, Bagaimana dengan Indonesia?
ILUSTRASI. Tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi di China dipandang sebagai risiko terhadap prospek ekonomi Asia. ANTARA FOTO/Aprillio Akba


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Diki Mardiansyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi di China dipandang sebagai risiko terhadap prospek ekonomi Asia. Peringatan tersebut dikeluarkan oleh Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva. 

Melansir Reuters, IMF meminta para pembuat kebijakan untuk membangun kembali penyangga ekonomi terhadap tantangan di masa depan. 

Georgieva mengatakan, ekonomi yang terdiri dari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah "titik terang" dalam ekonomi global dengan pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 5% tahun ini dan sedikit menurun pada tahun 2023.

Namun, Georgieva memperingatkan bahwa prospeknya sangat tidak pasti dan didominasi oleh risiko, seperti dampak dari perang Rusia di Ukraina, pengetatan keuangan global, dan perlambatan pertumbuhan China. 

“Tantangan global yang mendesak lainnnya ialah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat,” kata Georgieva. 

Georgieva menjelaskan, bahwa tidak tahu berapa lama masalah ini akan berlangsung dan apakah kejutaan lain akan datang.  

Baca Juga: Hampir Seluruh Komponen Pembentuk Cadangan Devisa Naik pada November 2022

"Kita perlu bangkit untuk membangun kembali dan membuat kebijakan dengan kebaikan sepenuhnya,” katanya. 

Pembatasan COVID yang ketat di China telah membebani pertumbuhan global yang melambat dengan meredam aktivitas ekonomi domestik dan mengganggu rantai pasokan untuk produsen di seluruh dunia. 

Dampak dari perlambatan China sangat menyakitkan di Asia, di mana aktivitas pabrik merosot di seluruh wilayah pada bulan November 2022.

Outlook perekonomian Indonesia

Meski banyak risiko yang menghadang, namun outlook perekonomian Indonesia tahun depan terbilang baik. 

Melansir laman setkab.go.id, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa sejumlah lembaga keuangan dunia memberikan outlook positif bagi ekonomi Tanah Air.

“Berbagai lembaga dunia, baik itu OECD, IMF, World Bank, ADB (Asian Development Bank) itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita antara 4,7 sampai 5,1 (persen) di tahun depan,” ujar Menko Perekonomian dalam keterangan pers usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna , Selasa (06/12/2022) sore, di Kantor Presdien, Jakarta.

Airlangga juga menjelaskan, proyeksi tersebut didasarkan pada sejumlah hal. Pertama, peningkatan penanganan risiko COVID-19 dan percepatan vaksinasi yang relatif baik.

Kedua, dukungan fungsi APBN fiskal sebagai shock absorber. Ketiga, harga-harga komoditas yang tinggi. Keempat, kesuksesan presidensi G20 yang meningkatkan kredibilitas Indonesia di pasar internasional.

Baca Juga: AS-China Bahas Tarif Baja dan Aluminium untuk Memerangi Emisi Karbon

Meski demikian, lanjut Airlangga, pemerintah akan memperhatikan lingkungan geopolitik global, inflasi global, scarring effect terhadap inflasi, kemudian cuaca ekstrem.

Oleh sebab itu, Airlangga memperkirakan inflasi dapat terkendali di angka 5,34% sampai 5,5% sampai akhir tahun. Sebelumnya, inflasi Indonesia tercatat di angka 5,9%, 5,72%, dan terakhir 5,34%.

“Tentu ini yang harus kita perhatikan, dari segi outlook dunia global diperkirakan dari berbagai lembaga global tumbuhnya di 2,2 sampai 2,7 (persen). Jadi Indonesia tumbuhnya mendekati dua kali dari global karena tensi politik, inflasi, suku bunga global, stagflasi masih kelihatan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×