kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perbaikan neraca berjalan tak bisa dorong rupiah


Minggu, 26 Juli 2015 / 13:21 WIB
Perbaikan neraca berjalan tak bisa dorong rupiah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi menilai perlambatan ekonomi yang masih terjadi pada triwulan II membuat semua komponen neraca transaksi berjalan mengalami perbaikan, mulai dari neraca barang, jasa, dan pendapatan. Neraca barang yang membaik sudah jelas terlihat dari data ekspor impor.

Menurut Eric, neraca jasa membaik lantaran harga minyak yang tertekan membuat biaya transportasi kapal untuk perdagangan internasional relatif tertekan. Aktivitas ekonomi yang melambat juga mengurangi biaya shipping kapal apalagi ditambah dengan aktivitas impor yang lesu.

Dari sisi neraca pendapatan, erat kaitannya dengan repatriasi. "Walaupun secara nominal masih tmbuh namun pertumbuhan investasi asing melambat," ujarnya, Jumat (24/7). Aktivitas ekonomi yang lesu membuat repatrasi atau keuntungan yang dibawa keluar berkurang.

Meskipun neraca transaksi berjalan mengalami perbaikan, Eric mengakui tidak membuat rupiah menguat. Fundamental rupiah saat ini berada pada rentang Rp 12.800-Rp 13.000 per dollar AS. Namun karena tekanan eksternal maka rupiah bergerak hingga mencapai level Rp 13.400.

Hingga akhir tahun Eric melihat rupiah akan berada pada posisi Rp 13.900 per dollar AS. Hal ini lantaran faktor Amerika yang disinyalir sudah menaikkan suku bunganya sehingga memberikan tekanan yang besar bagi nilai tukar rupiah.

Sebagai gambaran, data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Juni 2015 turun hingga 17,42% di mana pada Juni 2014 impor mencapai US$ 15,7 miliar dan Juni 2015 turun ke US$ 12,96 miliar. Dari Januari-Juni 2015 laju impor turun 17,81% ke US$ 73,94 miliar bila dibanding periode yang sama tahun lalu.

Bila melihat periode April-Juni 2015 sendiri, laju impor turun 20,96% bila dibanding April-Juni 2014 ke posisi US$ 36,93 miliar. Untuk ekspor, April-Juni 2014 tercatat US$ 44,54 miliar kemudian turun 12,26% ke level US$ 39,08 miliar pada April-Juni 2015.

Jelas impor mengalami penurunan yang signifikan sehingga neraca dagang bisa mengalami surplus sekitar US$ 2,15 miliar pada triwulan II 2015. Hal inilah yang mengakibatkan defisit transaksi berjalan triwulan II diperkirakan BI susut ke level di bawah 2,3% dari PDB. Pada triwulan II 2014 defisit transaksi berjalan mencapai US$ 8,82 miliar dan secara PDB adalah 3,92%. Bahkan pada 2013, defisit transaksi berjalan triwulan II tercatat US$ 10,13 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×