Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus menggenjot revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Mengingat, saat ini lulusan SMK masih menjadi penyumbang terbesar untuk pengangguran terbuka di Indonesia.
Pengangguran terbuka yang berlatar pendidikan dari lulusan SMK hungga Agustus 2018 mencapai 11,24%.
"Lulusan SMK penyumbang pengangguran ini merupakan lulusan sebelum revitalisasi SMK, ke depan akan lebih baik," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat menghadiri Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Kamis (8/11).
Muhadjir mengungkapkan berbagai masalah dalam pengembangan SMK. Salah satunya adalah kondisi SMK yang kurang berkualitas.
Jumlah SMK negeri jauh lebih sedikit hanya 3.500 dibandingkan total SMK sebanyak 14.000 unit. Dari angka tersebut banyak SMK swasta yang berskala kecil sehingga sulit berkembang.
"Banyak SMK mini yang sulit berkembang sekarang diupayakan SMK kecil dimerger," terang Muhadjir.
Selain masalah jumlah sekolah, guru juga menjadi masalah di SMK. Hal itu baik secara kuantitas guru, mau pun kualitas guru SMK.
Jumlah guru yang mengajar kejuruan atau guru produktif masih minim. Sementara guru yang mengajar pelajaran biasa (guru adaptif) dan guru yang mengajar keagamaan serta Pancasila (guru normatif) masih lebih banyak.
Mengatasi hal tersebut, Muhadjir akan mendorong peningkatan guru produktif. Solusinya adalah dengan memasukkan guru adaptif ke perusahaan untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut.
Saat ini SMK membutuhkan sekitar 91.000 guru tambahan. Namun, pemenuhan tersebut tidak dapat dimasukkan melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK).
"Tidak ada LPTK mencetak sekolah calon guru pariwisata, pertanian, kelautan," jelas Muhadjir.
Selain itu SMK juga perlu merubah kurikulum untuk mengikuti kebutuhan industri. Nantinya sebesar 70% kurikulum akan dibuat bersama dengan industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News