kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,05   -17,44   -1.89%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penguatan UKM dan Koperasi bisa jadi kekuatan hadapi resesi global


Rabu, 16 Oktober 2019 / 21:26 WIB
Penguatan UKM dan Koperasi bisa jadi kekuatan hadapi resesi global
ILUSTRASI. Kerajinan Batu Bali: Perajin Batu Bali di Cireundeu, Tangerang Selatan,Senin (23/9). Berbagai ukiran dengan bahan baku batu dari daerah Gunung Kidul ini dijual dengan harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp7,5 juta tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pen


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi global membayangi berbagai negara di belahan dunia akibat adanya perang dagang terutama oleh Amerika dan China. Situasi ini akan menekan neraca perdagangan dalam negeri, mengingat kedua negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Oleh karena itu, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melihat pemerintah harus memberikan fokus dan perhatian lebih besar lagi bagi penguatan UMKM dan koperasi di Indonesia sehingga bisa naik kelas dan memiliki ketangguhan dalam menopang perekonomian Indonesia.

Sektor UMKM dan koperasi diharapkan ICMI mampu menjadi penyangga sistem perekonomian nasional dalam menghadapi resesi.

Baca Juga: Ekonom Pefindo nilai penerbitakan obligasi global punya risiko besar

“Saat krisis global 1998, UMKM sudah terbukti mampu menopang ekonomi Indonesia sehingga perekonomian Indonesia mampu bangkit kembali di tahun-tahun selanjutnya,” kata diungkapkan Suhaji Lestiadi, analis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang juga Wakil Bendahara Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Rabu (16/11).

Suhaji bilang, dengan mendorong UMKM naik kelas dapat mengurangi tingkat kemiskinan sekitar 20% atau setara dengan mengeluarkan 5 juta orang dari kemiskinan. Selain itu dapat mengurangi tingkat ketimpangan sekitar 4%.

Terkait resesi dan krisis ekonomi global, berdasarkan rilis yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) pada Rabu (15/10), pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 3% dan merupakan yang terendah sejak krisis.

Baca Juga: Kegiatan ekonomi tertekan, impor bahan baku terus menurun

Situasi ini pun diprediksi masih akan berlanjut di tahun selanjutnya. Bloomberg economics menciptakan model untuk menentukan peluang resesi Amerika.

Saat ini, indikator memperkirakan kemungkinan resesi Amerika di beberapa titik di tahun berikutnya adalah 27%, lebih tinggi dibanding setahun yang lalu.

“Dengan pertumbuhan 3%, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan,” ungkap Gita Gopinath, ekonom IMF, Rabu (16/10) dilansir dari situs resmi IMF.

Menurut Gita, menjadi kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan untuk secara kooperatif mengurangi perdagangan dan ketegangan geopolitik. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina saja diperkirakan akan menyusutkan perekonomian dunia sebesar 0,8% di tahun 2020.

Baca Juga: Rhenald Kasali: CEO harus bisa bedakan resesi dengan disrupsi

Risiko resesi global terhadap Indonesia terindikasi dari penurunan pertumbuhan penjualan industri tekstil dan produk tekstil, properti, semen, baja, otomotif, dan penjualan ritel. Realisasi ekspor Indonesia lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Penurunan ekspor ini dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas hingga 37%, non migas 11% dan produk pertanian 15,9%. “Arah kebijakan ekonomi dalam menghadapi resesi global harus melibatkan penguatan kewirausahaan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi,” papar Suhaji.

Suhaji menilai, UMKM harus mendapat perhatian utama karena besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia yang mencapai 62,5%, penyerapan tenaga kerja hingga 95%, dan kontribusinya terhadap ekspor non-migas hingga 16,45%.

Baca Juga: Kementerian Ekonomi: Ekonomi Jerman melambat, bukan resesi

Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, dari total 59.693.791 unit usaha di Indonesia, 99,89%-nya terdiri atas usaha kecil dan mikro masing-masing 684.196 unit (1,15%) dan 58.943.768 unit (98,74%).

Hasil analisis Komite Ekonomi dan Industri Nasional di tahun 2017 menunjukkan bahwa jika Pemerintah fokus mendorong kenaikan omzet UMKM, dengan target kenaikan omzet usaha mikro sebesar 30%, usaha kecil sekitar 10% maka perekonomian nasional dapat tumbuh sebesar 7 – 9%.

Sementara itu, merujuk kepada Nawa Cita, RPJP 2005 – 2025, dan RPJMN 2020 – 2024, Suhaji mengusulkan agar kebijakan pembangunan UMKM di Indonesia berbasis kepada produk atau komoditas unggulan lokal di masing-masing daerah.

Baca Juga: Ekonomi tumbuh minim, ekonomi Singapura luput dari resesi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan berbasis produk unggulan lokal dapat ditempuh dengan mengembangkan akses pasar, penciptaan inovasi teknologi dan efisiensi, akses permodalan, penguatan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM dan dukungan aspek legalitas.

“Adopsi kebijakan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan Presiden Jokowi menjadi kunci bagi penguatan UMKM di Indonesia,” pungkas Suhaji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×