kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan SDM mendesak dilakukan untuk atasi pengangguran


Selasa, 16 April 2019 / 20:17 WIB
Pengembangan SDM mendesak dilakukan untuk atasi pengangguran


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mendesak dilakukan dalam menuntaskan pengangguran di Indonesia. Apalagi di era industri 4.0 ini, butuh keterampilan mumpuni untuk bisa mengejar kemajuan teknologi dan industri.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman mengatakan, pemerintah sudah dalam jalur yang tepat dalam pembangunan Sekolah Menengah Kejuraun (SMK). Hanya saja perlu ada percepatan agar bisa mencapai negara maju dengan kualitas SDM yang bisa bersaing dengan kompetisi global. 

“Perlu ada perubahan kurikulum di SMK yang sudah 30 tahun ini tidak berubah dan tidak sesuai dengan kebutuhan industri,” kata Ade kepada Kontan.co.id, Selasa (16/4).

Menurutnya materi pengajaran normative saat ini sudah masuk dalam 80% pelajaran dan sisanya materi pelajaran produktif. Padahal seharusnya kondisi tersebut harusnya dibalik. Sehingga pelajaran produktif yang jadi utama.

Selain itu, Indonesia saat ini kurang tenaga pendidik yang produktif. Ade menyarankan kekurangan guru ini bisa diatasi bila pemerintah mau mengadakan program untuk mengirimkan 20 ribu orang berusia di bawah 30 tahun ke luar negeri untuk ditingkatkan kualitas pendidikannya.

Negara yang dituju harus negara yang maju dan punya budaya positif dalam pengembangan mental. “Nantinya kita harapkan mereka pulang bisa tularkan ilmunya ke SMK. Tidak perlu semua pulang ke Indonesia karena kita perlu sisanya untuk jadi asset networking,” kata Ade.

Ade menambahkan, dalam mengatasi kekurangan guru juga bisa memanfaatkan para pensiunan. Para pensiunan ini dapat mengajarkan pengalaman dan ilmunya ke SMK-SMK yang membutuhkan tenaga pengajar praktisi.

“Pendidikan vokasi itu solusi yang tidak permanen. Untuk jangka panjang perlu guru yang berkualitas agar dapat menghasilkan SDM yang bagus,” kata Ade.

Dalam mengatasi masalah SDM, sejak 3 tahun lalu, API bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian membuat Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Solo (AK Tekstil Solo). Hal ini berperan dalam memasok para lulusannya agar bisa mengembangkan sektor padat karya.

“Setiap tahun ada 200 pekerja dari perusahaan di Jawa Tengah untuk ditingkatkan kemampuannya mulai D1, D2,D3 lewat akademi,” tambahnya.

Meski baru merupakan pilot project, Ade menilai program ini punya tujuan yang baik. Agar SDM tersebut bisa berperan lebih di era industri 4.0.

Selain itu Ade mengharapkan perusahaan swasta juga bisa berperan banyak untuk membantu peningkatan SDM. Hal ini bisa lewat kerjasama langsung dengan SMK terkait maupun lewat program CSR. Sehingga program CSR bisa bermanfaat dalam pendidikan SDM. 

“Tentu hasilnya peningkatan kualitas SDM ini tidak instan. Kami harapkan 10 tahun kedepan SDM Indonesia bisa dapat punya kompentensi yang baik dan tak kalah dengan Cina maupun Jepang,” jelasnya. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan progam vokasi menjadi salah satu andalan pemerintah untuk menyiapkan angkatan kerja yang dapat menerapkan industri 4.0. “Hal ini sejalan dengan implementasi roadmap Making Indonesia 4.0,” kata Airlangga.   

Menperin menyebutkan, program pendidikan vokasi industri yang bakal dijalankan, antara lain berbasis pada kompetensi melalui sistem ganda atau dual system (teori dan praktik).

Kegiatan ini diselenggarakan di seluruh unit pendidikan milik Kemperin, yakni 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas dengan target peserta didik sebanyak 19.478 orang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×