Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Angka pengangguran terdidik akan semakin membengkak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, sejak 2001 lalu, jumlah lulusan akademi maupun universitas yang belum bekerja terus bertambah.
Hasil survei BPS pada Februari 2009 lalu menunjukkan, angka pengangguran intelektual mencapai 1,09 juta orang. Sebanyak 603.511 orang di antaranya jebolan universitas. Sementara, pada Agustus 2007, jumlahnya baru 963.799 orang, 566.588 orang di antaranya lulusan universitas.
Kepala Subdirektorat Statistik Ketenagakerjaan BPS Aden Gultom mengatakan, pemerintah sekarang tidak bisa asal menciptakan lapangan kerja. Tapi, "Lebih membuat lapangan kerja bermutu yang membuat pengangguran terdidik itu tertarik," katanya Rabu (19/8).
Menurut Aden, langkah pemerintah dengan menggenjot program pendidikan siap kerja seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) cukup baik untuk menekan angka pengangguran terdidik. Sayangnya, kebijakan ini baru gencar dalam setahun terakhir saat jumlah pengangguran intelektual sudah banyak.
Aden berharap, pemerintah juga menambah program-program kredit atau bantuan dana untuk mencetak pengusaha-pengusaha muda baru. Sebab, ini mendorong tenaga kerja terdidik untuk berkreasi dan menciptakan lapangan kerja baru. "Sebagian pendidikan kita hanya menciptakan individu untuk menjadi buruh," ujar Aden.
Tapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengklaim, pemerintah sudah berhasil memangkas tingkat pengangguran secara merata di hampir semua provinsi. Beberapa daerah telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran lebih dari 3%, yakni Sumatra Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat.
Klaim Presiden tersebut memang benar adanya. Sebab, jumlah pengangguran turun dari 10,01 juta orang pada Agustus 2007 menjadi tinggal 9,42 juta orang di Februari 2009. Tapi, yang turun adalah pengangguran yang mengantongi ijazah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta sekolah menengah tingkat atas saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News