Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, front loading atawa penerbitan surat berharga negara (SBN) di semester pertama tahun depan masih menjadi strategi pembiayaan yang relevan bagi pemerintah. Sebab di semester pertama, kondisi pasar keuangan masih terapresiasi.
Josua mengatakan pihaknya memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua atau tiga kali di tahun depan. Kenaikan itu lanjut dia, diperkirakan akan terjadi di bulan Juni atau September dan Desember.
Dengan demikian, "Sekalipun The Fed naikkan suku bunga acuan dua hingga tiga kali, momentum pemerintah untuk mendorong penerbitan SBN memang diprioritaskan di semester pertama," kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (5/12).
Lebih lanjut, Josua tidak mengkhawatirkan dampak kenaikan bunga acuan The Fed terhadap beban utang pemerintah. Sebab menurutnya, pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih cukup stabil meski ada kecenderungan sedikit melemah.
Josua bilang, Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuannya di level 4,25% sepanjang tahun 2018 sehingga dapat menahan capital reversal dari pasar keuangan Indonesia. "Diharapkan suplai dan demand dollar AS di dalam negeri terjaga sehingga tidak terjadi lonjakan demand dollar, sehingga beban utang pemerintah tidak pengaruh," tambah dia.
Ia memperkirakan, rata-rata rupiah tahun depan akan bergerak di level Rp 13.400-Rp 13.550 per dollar AS. Ia juga bilang, pengelolan utang pemerintah juga tergolong baik. Selain itu, utang pemerintah dalam valas cenderung bertenor panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News