kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah waspadai hot money akibat krisis utang Amerika Serikat


Kamis, 04 Agustus 2011 / 17:30 WIB
Pemerintah waspadai hot money akibat krisis utang Amerika Serikat
ILUSTRASI. Dua pengendara melintas di Jalan Ngurah Rai di kawasan Taman Titi Banda, Denpasar, Bali. Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah berawan hingga berawan juga hujan ringan, menurut prakiraan BMKG.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemerintah sedang mencermati masuknya aliran dana asing jangka pendek (hot money) akibat ancaman krisis ekonomi Amerika Serikat. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, aliran dana asing akan membanjiri Indonesia termasuk negara emerging market lainnya.

Menurut Hatta, kondisi fundamental ekonomi Amerika Serikat belum pulih meskipun telah sekuat tenaga mengatasi gejolak utang di negerinya. Satu hal yang dikhawatirkan oleh Hatta yakni biasanya hot money itu cenderungan masuk ke portofolio obilgasi atau surat utang. "Mereka membeli obligasi lalu sewaktu-waktu pergi. Meskipun kita punya protokol, tetapi harus dicermati," katanya, Kamis (4/8).

Hatta mengatakan, masuknya dana asing itu seharusnya digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur dalam negeri. Karena itu, Hatta mendorong masuknya investasi dalam jangka menengah dan panjang.

Sebagai informasi, kini kondisi Amerika Serikat masuk dalam negara yang memiliki utang tinggi atau highly indebted countries seperti Yunani, Italia, Irlandia, dan Islandia. Terakhir pemerintah AS menaikkan pagu utangnya sebesar US$238 miliar. Sehingga kini utang AS mencapai US$14,58 triliun, berarti melampaui produk domestik bruto (PDB) tahun anggaran 2010 yang hanya US$14,53 triliun.

Sementara itu, mengacu dapat Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan tercatat porsi kepemilikan asing terhitung sampai 30 Juni 2011 mencapai Rp 234,99 triliun dari total Rp 691,03 triliun. Angka itu merupakan terbesar jikan dibandingan investor lainnya yang menanamkan modalnya di obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×