Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memandang, pemerintah perlu mendorong transaksi perdagangan internasional dengan menggunakan mata uang alternatif.
Ini sebagai salah satu upaya untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah dan dianggap mampu mengurangi beban perekonomian nasional.
Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman mengatakan,melemahnya nilai tukar rupiah secara terus menerus hingga menembus angka Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS) sudah menekan perekonomian Indonesia. Ini pun memperberat transaksi perdagangan yang menggunakan mata uang dollar AS.
“Mata uang Yuan Renmimbi China dapat menjadi alternatif. Hal ini mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia,” ungkap Ilman seperti yang tertera dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (11/10).
Berdasarkan data Statistik Kementerian Perdagangan, nilai impor nonmigas dari China merupakan 27,4% dari total perdagangan selama Semester I 2018.
Lantaran itu, Ilman berpendapat pemerintah perlu mendorong perusahaan importir yang melakukan perdagangan dari China untuk melakukan pembayaran dalam Yuan Renminbi.
Selain itu, depresiasi nilai rupiah terhadap yuan Renminbi lebih rendah apabila dibandingkan dengan dollar AS. Sejak 1 Januari 2018, nilai rupiah terdepresiasi terhadap Yuan Renminbi (CHY) sebesar -5,47%. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan nilai depresiasi Rupiah terhadap dollar AS sebesar -12,14%.
“Mitra dagang utama Indonesia lainnya, seperti Jepang, Thailand dan Singapura memiliki porsi perdagangan yang cukup signifikan pula dengan China. Sehingga tidak menutup kemungkinan negara-negara tersebut juga terbuka untuk mempertimbangkan transaksi menggunakan mata uang yuan Renminbi China,” urai Ilman.
Bank Indonesia juga dapat terus mendorong kebijakan yang sudah bergulir sebelumnya yaitu mendorong transaksi bilateral dengan Thailand dan Malaysia untuk menggunakan mata uang lokal, yaitu ringgit Malaysia dan baht Thailand.
Menurut Ilman, dengan mengintensifkan transaksi dengan mata uang tersebut, cadangan devisa tidak akan mengalami pergerusan sebesar transaksi perdagangan internasional dengan menggunakan dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News